kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waduh, Terinfeksi Covid-19 Bisa Bikin Otak Menyusut!


Selasa, 08 Maret 2022 / 08:07 WIB
Waduh, Terinfeksi Covid-19 Bisa Bikin Otak Menyusut!
ILUSTRASI. Para ilmuwan menemukan perbedaan signifikan dalam pemindaian MRI (magnetic resonance imaging) sebelum dan sesudah infeksi Covid-19 yang dialami otak seseorang.


Sumber: BBC,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Para ilmuwan menemukan perbedaan signifikan dalam pemindaian MRI (magnetic resonance imaging) sebelum dan sesudah infeksi Covid-19 yang dialami otak seseorang.

Bahkan setelah infeksi ringan, ukuran keseluruhan otak sedikit menyusut, dengan sedikit materi abu-abu di bagian yang berhubungan dengan penciuman dan ingatan.

Melansir BBC, para peneliti tidak mengetahui apakah perubahan itu permanen. Namun mereka menekankan otak bisa sembuh.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nature.

"Kami melihat pada dasarnya infeksi ringan. Jadi untuk melihat bahwa kami benar-benar dapat melihat beberapa perbedaan di otak mereka dan seberapa banyak yang dimiliki otak mereka berubah dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi cukup mengejutkan," jelas penulis utama riset Prof Gwenaelle Douaud, dari Wellcome Center for Integrative Neuroimaging, di University of Oxford.

Baca Juga: Gejala-gejala Varian Ketiga Omicron Bernama BA.3 Berdasarkan WHO

Proyek Biobank Inggris telah memantau kesehatan 500.000 orang selama sekitar 15 tahun dan memiliki basis data pemindaian yang direkam sebelum pandemi, sehingga memberikan kesempatan unik untuk mempelajari dampak kesehatan jangka panjang dari virus tersebut.

Para ilmuwan memindai ulang:

  • 401 peserta 4,5 bulan, rata-rata, setelah infeksi mereka, 96% di antaranya memiliki Covid ringan
  • 384 peserta yang belum terjangkit Covid

Mereka menemukan:

  • Ukuran otak keseluruhan pada peserta yang terinfeksi telah menyusut antara 0,2 dan 2%
  • Ada kehilangan materi abu-abu di area penciuman, terkait dengan penciuman, dan wilayah yang terkait dengan memori
  • Mereka yang baru saja pulih dari Covid merasa sedikit lebih sulit untuk melakukan tugas mental yang kompleks

Baca Juga: Omicron Siluman Terdeteksi di Yogyakarta, Ini Ciri-Ciri dan Gejalanya

Tetapi para peneliti tidak tahu apakah perubahan itu dapat kembali seperti semula atau benar-benar penting untuk kesehatan dan kesejahteraan.

"Kita perlu ingat bahwa otak itu benar-benar plastik - maksudnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri - jadi ada kemungkinan besar, seiring waktu, efek berbahaya dari infeksi akan berkurang," kata Prof Douaud.

Hilangnya materi abu-abu yang paling signifikan adalah di area penciuman - tetapi tidak jelas apakah virus secara langsung menyerang wilayah ini atau sel mati begitu saja karena tidak digunakan setelah orang dengan Covid kehilangan indra penciumannya.

Juga tidak jelas apakah semua varian virus menyebabkan kerusakan ini.

Baca Juga: Atasi Gejala Covid-19 Varian Omicron, Ini Makanan Terbaik yang Bisa Dikonsumsi

Pemindaian dilakukan ketika virus asli dan varian alfa tersebar luas dan hilangnya penciuman dan pengecapan merupakan gejala utama.

Tetapi jumlah orang yang terinfeksi dengan varian Omicron yang lebih baru yang melaporkan gejala ini telah turun secara dramatis.

Long Covid-19

Sementara itu, mengutip Kompas.com, sebagian penyintas Covid-19 ada yang merasakan long Covid. Long Covid merupakan kondisi tak normal yang bisa terjadi pasca-sembuh dari Covid-19.  

Banyak orang bertanya-tanya, apakah Omicron juga bisa menyebabkan efek long covid seperti varian virus corona SARS-CoV-2 lainnya? 

Seperti diketahui infeksi virus corona atau Covid-19 Omicron kebanyakan menyebabkan gejala penyakit yang relatif ringan ketimbang infeksi Delta atau Alfa.  

Namun, terkadang Covid-19 juga bisa menyebabkan gejala berat sampai menyebabkan pengidapnya meninggal dunia, terutama bagi orang dengan penyakit penyerta (komorbid) dan belum disuntik vaksin Covid-19.  

Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut penjelasan terkait efek long covid Omicron.

Mengingat Omicron baru teridentifikasi pada akhir November lalu, para ahli hingga kini masih terus meneliti efek long covid galur anyar ini.  

Tapi, beberapa pakar mewanti-wanti kemungkinan long covid yang perlu diwaspadai para penyintas infeksi Omicron. 

Ahli penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci menyampaikan, infeksi virus corona varian apa pun, termasuk Omicron, potensial menyebabkan long covid.  

Baca Juga: Kemenkes Jelaskan Omicron Siluman yang Lebih Menular dari Omicron Biasa

“Long covid bisa terjadi apa pun varian virusnya. Belum ada bukti bahwa ada perbedaan (long covid) antara Delta sampai Omicron,” jelas dia, kepada Healthline.  

Penelitian sebelumnya mengungkapkan, sekitar 30 persen penyintas Covid-19 merasakan efek long covid. Studi juga menemukan, satu dari tujuh anak dan remaja pengidap Covid-19 masih merasakan gejala penyakit selang 15 minggu setelah terinfeksi virus corona. 

Sementara itu, ahli virologi dari pusat studi penyakit menular hVIVO yang berbasis di London Inggris Andrew Catchpole, DPhil, memperkirakan, persentase kasus long covid Omicron kemungkinan lebih jarang dibandingkan varian lainnya.  

Dilansir dari National World, gejala Omicron seperti pilek, sakit kepala atau pusing, bersin-bersin, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, kelelahan, mual, atau ruam biasanya muncul selama lima hari. 

Apabila gejala tersebut berlangsung selama lebih dari 12 minggu, seseorang dikatakan merasakan efek long covid.  Beberapa efek long covid termasuk Omicron yang perlu diwaspadai di antaranya:  

  • Mudah lelah
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Susah konsentrasi dan mudah lupa
  • Jantung berdebar-debar
  • Susah tidur di malam hari
  • Kerap sakit kepala
  • Nyeri otot dan sendi
  • Depresi dan gangguan kecemasan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×