Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Jumlah kasus virus corona baru di dunia telah mencapai 1,2 juta kasus. Penularan infeksi penyakit Covid-19 itu juga menyebar hingga hampir ke semua negara di dunia.
Dari kasus yang banyak tersebut, belakangan mulai muncul penularan asimtomatik atau tanpa gejala Covid-19. Kemunculan kasus itni setelah makin banyak orang positif tapi tidak memiliki gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan virus corona.
Melansir ProPublica, sebanyak 7 dari 14 staf, pelatih, dan pemain NBA, liga bola basket kasta tertinggi di Amerika Serikat (AS) yang positif virus corona tidak memiliki gejala ketika mereka didiagnosis.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengeluarkan studi kasus pada fasilitas keperawatan di King County, Washington. Hasilnya: 23 penduduk positif Covid-19 dan 13 orang di antaranya tidak memiliki gejala pada awalnya.
Baca Juga: Begini gejala awal terjangkit virus corona dari hari ke hari
Selain itu, pasien tanpa gejala juga terdapat di kapal pesiar Diamond Princess. Di antara pasien yang positif, lebih dari 46% tidak menunjukkan gejala pada saat mereka menjalani tes virus corona.
Profesor Kedokteran Pencegahan dan Penyakit Menular di Vanderbilt University Medical Center Dr. William Schaffner menjelaskan, penularan asimtomatik artinya seseorang bisa terinfeksi virus, tidak memiliki gejala, dan masih menular.
"Anda dapat menangkap (virus corona) dari seseorang yang sangat normal dan tidak memiliki gejala," kata Schaffner seperti dikutip ABC News.
1. Siapa orang-orang asimtomatik?
Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, pihaknya telah menemukan beberapa kasus yang benar-benar tanpa gejala (asimtomatik). Pasien tersebut dinyatakan positif dan tidak memiliki gejala selama seluruh rangkaian penelitian.
Baca Juga: Masa inkubasi virus corona rata-rata 5 hari, ini penjelasannya
Tapi ada banyak kasus pra-simtomatik, yaitu mereka tidak memiliki gejala pada saat mereka dinyatakan positif virus corona, tetapi menunjukkan gejala di kemudian hari.
Kerkhove menemukan orang-orang asimtomatik tak sepenuhnya tidak menunjukkan gejala. Ketika WHO kembali mewawancarai sebagian pasien, mereka pernah mengalami tidak enak badan namun tidak dilaporkan karena merasa itu bukan hal penting.
"Saya memiliki suhu tingkat rendah, atau sakit, tetapi saya tidak berpikir itu diperhitungkan,” kata Kerkhove menirukan pasien yang dia wawancarai.
2. Bagaimana asimtomatik menularkan penyakit?
Jika para pasien asimtomatik tidak menunjukkan gejala sakit, seperti batuk dan flu, lalu bagaimana mereka menularkan penyakit? Kerkhove menjelaskan, batuk dan bersin ternyata bukan satu-satunya cara tetesan menularkan virus.
Misalnya, saat orang-orang membersihkan tenggorokan mereka, beberapa orang meludah ketika mereka berbicara, dan lain-lain. Hal itu bisa menjadi media penularan.
Baca Juga: Bukan cuma batuk kering, berikut 6 gejala virus corona tidak biasa
Ahli virus di Mailman School Columbia Angela Rasmussen memperjelas hal tersebut. “Tetesan tidak harus besar, seperti gumpalan. Manusia melepaskan tetesan pernapasan saat berbicara,” ujarnya.
Dia mencontohkan, saat seseorang keluar dalam udara dingin, lalu melihat kabut napas, itu adalah tetesan pernapasan. Meski demikian, itu tidak berarti virus corona ditransmisikan lewat aerosol.
Aerosol adalah istilah yang digunakan ketika partikel virus tetap melayang di udara untuk jangka waktu lama. Ini artinya, jika seseorang berdiri tepat di sebelah orang yang terinfeksi dan mereka berbicara, akan ada tetesan di udara yang bisa dihirup.
3. Bagaimana mendeteksi pasien asimtomatik?
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan tes darah di sejumlah besar populasi. Tujuannya, mencari antibodi, jenis protein yang menjadi bukti bahwa sistem kekebalan tubuh seseorang sedang melakukan pertempuran dengan virus corona.
Baca Juga: Mengenal lagi virus corona, mulai ciri-ciri, bentuk, hingga penyebarannya
4. Bagaimana mencegah penularan asimtomatik?
Cara terbaik yang bisa orang lakukan saat ini adalah tetap di rumah. Walaupun merasakan sehat, alangkah baiknya tetap berada di rumah.
Selain itu, menjaga jarak fisik juga perlu. Jarak fisik tidak berdasarkan pada siapa yang sakit, tapi semua orang harus menjaga jarak fisik.
"Di dalam populasi, pesan yang disampaikan harus kuat dan konsisten, serta diulang. Pesan itu adalah menjaga jarak sosial (jarak fisik) maksimum," kata Profesor Pediatri di Fakultas Kedokteran John Hopkins Dr. Raphael Viscidi.
Bukan cuma itu, semua orang wajib menggunakan masker, baik yang sakit maupun sehat. Gagasannya adalah, masker bisa membantu mencegah penularan, terutama dari orang tanpa gejala yang belum menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Pengujian juga perlu, karena bisa memberitahu orang-orang, apakah mereka sakit sebelum gejala muncul. Juga mendorong mereka melakukan isolasi diri.
Baca Juga: Berikut 5 gejala ringan virus corona, jangan abaikan!
5. Berapa jarak aman dari penularan asimtomatik?
Sementara hal-hal yang masih belum diketahui berkaitan dengan asimtomatik adalah soal jarak aman. Dengan ada pengetahuan baru mengenai asimtomatik, jarak aman perlu diperbarui.
Peneliti belum mengetahui jarak aman atau seberapa jauh seseorang harus berdiri agar terlindungi dari tetesan virus corona. WHO mengatakan, jarak aman sejauh satu meter, sedangkan versi CDC adalah dua meter.
Sementara penelitian pakar dinamika fluida di Massachusetts Institute of Technology Lydia Bourouiba menyebutkan, kecepatan pernapasan puncak dapat menciptakan awan yang menjangkau tujuh hingga delapan meter.
Penulis: Nur Fitriatus Shalihah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Hal Baru soal Penularan Virus Corona Tanpa Gejala"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News