Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Beragam penelitian telah para ilmuan di dunia lakukan untuk menggali semua informasi tentang virus corona. Objek kajiannya pun beragam, dari sumber, sifat, cara penyebaran, gejala, hingga vaksin virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
Salah satu faktor yang memengaruhi kecepatan penyebaran virus corona adalah banyak pasien yang tak menunjukkan gejala. Sehingga, mereka tak sadar jika telah membawa virus mematikan tersebut.
Berikut sejumlah hal yang perlu Anda ketahui soal infeksi virus corona tanpa gejala:
Risiko transmisi
Sejauh ini, infeksi virus corona tanpa gejala telah ditemukan di banyak negara. Terbaru, sejumlah atlet dunia yang dinyatakan positif Covid-19 mengakui hal itu.
Para ahli masih mencoba untuk mencari tahu, sejauh mana orang-orang yang terinfeksi dalam kategori ini berkontribusi dalam penyebaran virus corona.
Baca Juga: Ini periode saat pasien corona paling menulari virus ke orang lain
SCMP melaporkan, sepertiga dari pasien positif virus corona di China baru menunjukkan gejala setelah terkonfirmasi positif. Sebelumnya, mereka tidak merasakan gejala sama sekali.
Kasus asimptomik atau tanpa gejala ditemukan di antara orang-orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif, klaster, dan melalui pelacakan kontak.
Beberapa ahli memperingatkan, pasien tanpa gejala bisa membuat rute transmisi baru setelah penguncian kota dicabut.
"Ini memprihatinkan, mengingat banyak negara belum menerapkan tingkat pengujian komunitas yang cukup luas," kata Adam Kamradt-Scott, spesialis kesehatan masyarakat di University of Sydney, seperti dilansir Reuters.
Tak menunjukkan gejala selama perawatan
Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan Jung Eun-Kyeong mengatakan, sekitar 20% dari pasien positif virus corona di negeri ginseng tidak menunjukkan gejala sama sekali selama menjalani perawatan di rumahsakit.
Baca Juga: Ingat! Orang berusia muda juga punya risiko fatal akibat virus corona
Melansir Bloomberg, di Islandia, menurut Kepala Ahli Epidemiologi Thorolfur Gudnason, separuh dari jumlah pasien positif tidak memiliki gejala.
Satu analisis dari wabah kapal pesiar Diamond Princess menunjukkan, 33 dari 104 penumpang yang terinfeksi tetap tanpa gejala bahkan setelah rata-rata 10 hari pengamatan di rumahsakit.
Screening di bandara tak efektif
Yale Scool of Public Health menyebutkan, keberadaan pasien asimptomik mengindikasikan, screening di bandara dan tempat masuk lainnya tak cukup efektif.
"Gambaran nyata hanya akan terungkap ketika kami memiliki tes serologis untuk mengetahui siapa yang telah terinfeksi," kata Ian Henderson, Direktur Institute for Molecular Bioscience di Queensland University.
Sejauh ini, screening di bandara masih menjadi andalan utama bagi banyak negara untuk mendeteksi penumpang yang mungkin telah terpapar virus corona. Singapura kini mulai sadar akan hal itu dan memperketat tes masuk di bandaranya.
Ada pasien dengan paru-paru normal
Seorang perempuan asal Wuhan, China, dengan riwayat perjalanan ke Anyang untuk mengunjungi keluarganya, sempat dinyatakan negatif pada tes awal.
Tetapi, pada tes lanjutan hasilnya berubah menjadi positif. Ia pun kemudian menjalani uji CT Scan untuk mengecek kondisi paru-parunya. Dari uji scan itu, diketahui paru-parunya tetap normal, tak mengalami demam, dan gejala pernapasan.
Baca Juga: Gejala baru terjangkit virus corona: Mendadak tak bisa mencium bau
Metode pengujian tak efektif
Mengutip Health, Presiden ACCESS Health International William Haseltine mengatakan, metode pengujian virus corona secara umum yang ada saat ini dia nilai tidak cukup efektif.
Itu berdasarkan fakta bahwa penyebaran virus corona tak hanya disebarkan oleh orang bergejala. Ia pun meminta agar banyak negara mengoptimalkan sistem pengujian yang dikenal sebagai contact tracing atau pelacakan kontak.
Menurut Haseltine, penting untuk menemukan pasien tersebut lebih awal sebelum mereka sakit. "Ini bukan tentang berapa banyak tes yang dilakukan di suatu negara, tetapi bagaimana tes itu digunakan," kata dia.
Dengan temuan seperti ini, maka orang yang bergejala dan tanpa gejala memiliki potensi yang sama besarnya dalam penularan virus corona.
Oleh karena itu, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota Michael Osterholm mengingatkan pemerintah dan pejabat publik untuk terbuka tentang cara penyebaran virus corona.
Baca Juga: Mau berjemur untuk imunitas cegah corona? Ini jam yang paling baik
Masyarakat juga harus jujur soal riwayat perjalanan dan kontak saat merasakan gejala virus corona. Dengan demikian, bisa dilacak siapa saja yang berpotensi tertular, meskipun belum merasakan gejala terinfeksi.
Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Hal yang Perlu Diketahui soal Infeksi Virus Corona Tanpa Gejala"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News