Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Melansir Insider, ahli nutrisi Kamal Patel mengatakan, tidak benar jika vitamin C dosis tinggi bisa menjadi pendorong (booster) sistem imun. Ia mengibaratkan sistem imun seperti sistem misil yang bekerja untuk menghalau segala bahaya.
Jika sistem imun dibuat terlalu peka, maka yang timbul adalah reaksi autoimun. Sebaliknya, kalau kurang peka, seseorang akan lebih gampang tertular penyakit.
“Sistem imun sangat kompleks dan sangat sedikit yang sudah kita ketahui. Jadi, sayangnya kita tidak bisa menggunakan sesuatu yang disebut booster untuk membuat sistem ini bekerja lebih baik,” kata Patel.
Pasien Covid-19 diberi vitamin C
Rumahsakit di New York, AS, dan Wuhan, China, memang memberikan vitamin C dosis tinggi pada pasien Covid-19. Dosisnya 16 kali lebih tinggi dari dosis harian individu yang sehat.
Baca Juga: Jahe langka dan mahal, berikut makanan yang baik untuk daya tahan tubuh
Menurut Patel, pemberian vitamin C pada pasien itu masuk akal karena orang yang sangat sakit kadar vitamin C dalam tubuhnya jadi rendah dan butuh segera digantikan.
“Manusia adalah satu-satunya mamalia yang tubuhnya tidak bisa membuat sendiri vitamin C, mereka harus mengasupnya," sebutnya. "Jadi, ketika menghadapi stres psikologis yang berat, pemberian vitamin C lewat infus merupakan cara untuk mendapatkan antioksidan dan anti-inflamasi”.
Saat ini, para dokter masih mempelajari efek pemberian vitamin C pada pasien Covid-19. Setidaknya, ada dua penelitian klinis yang sedang Italia dan China lakukan.
Di Hubei, China, 140 pasien Covid-19 yang menderita pneumonia mendapatkan 12 gram vitamin C lewat infus untuk mengetahui, apakah dosis itu bisa melawan penyakit.
Baca Juga: Lima makanan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh