Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Studi itu dimuat ke dalam jurnal JAMA Network Open pada bulan September 2020. "Itu sangat mengejutkan," ujar Dr David Meltzer dari University of Chicago, penulis utama studi itu.
Dalam studi lainnya, Meltzer menemukan orang berkulit hitam dengan tingkat vitamin D yang tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi Covid-19 ketimbang orang dengan tingkat vitamin D yang cukup.
Adapun studi kecil terkait pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 di Spanyol. Berdasarkan studi tersebut, ditemukan lebih dari 80 persen orang kekurangan vitamin D dibandingkan 47 persen populasi umum. Namun, tidak ditemukan hubungan antara kadar vitamin D dan tingkat keparahan penyakit.
Baca Juga: Ada kasus Covid-19 B.1.1.7 di Jakarta, vitamin ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh
Tidak ada kesimpulan yang pasti Sebagian peneliti mempertanyakan hasil studi yang memperlihatkan hubungan antara vitamin D dan Covid-19. Pasalnya, sebagian besar studi merupakan studi observasional, bukan uji coba terkontrol secara acak.
Banyak dari bukti penelitian yang ditemukan hanya menunjukkan hubungan, bukan penyebab. Bahkan hasilnya juga beragam, kata Walter Willett, profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard TH Chan School of Public Health.
"Akan menjadi sesuatu yang jelas jika kita memiliki bukti yang sangat konsisten, tetapi studi-studi itu hanya menunjukkan beberapa manfaat atau tidak ada manfaatnya sama sekali," kata Willett.
Baca Juga: Beberapa gejala virus corona ringan bisa diatasi dengan cara ini