kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persentase pasien sembuh Covid-19 meningkat, proses pencarian obat belum tuntas


Minggu, 11 April 2021 / 22:59 WIB
Persentase pasien sembuh Covid-19 meningkat, proses pencarian obat belum tuntas
ILUSTRASI. Poster imbauan penggunaan masker di gedung perkantoran di Jakarta, Selasa (30/3). Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan mereka yang sudah divaksin tetap harus mengikuti protokol kesehatan./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/03/2021.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penanganan infeksi virus corona di dalam negeri mulai membaik. Kesimpulan ini merujuk ke jumlah pasien sembuh yang kian bertambah, melampaui angka 1,4 juta orang.

Mengutip Satgas Penanganan Covid-19, per 10 April 2021 jumlah pasien sembuh telah mencapai angka 1.409.288 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus infeksi Covid-19, persentase jumlah pasien sembuh telah mencapai 90,2%.

Pertumbuhan angka kesehatan kumulatif itu sejalan dengan penambahan pasien sembuh harian sebanyak 3.629 orang. Mengutip keterangan yang termuat dalam situs resmi Satgas Covid-19, ada lima provinsi yang mencatatkan pasien sembuh harian tertinggi.

Baca Juga: DPR sebut ada 3 game changers pemulihan ekonomi, apa saja?

Satu di antaranya adalah DKI Jakarta yang mencatat penambahan pasien sembuh harian sebanyak 826 orang, hingga secara kumulatif jumlah pasien sembuh di ibukota mencapai 377.723 orang. Lalu, Jawa Barat dengan jumlah pasien sembuh harian dan kumulatif masing-masing 477 orang dan 228.578 orang.

Tiga lainnya adalah Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Jumlah pasien sembuh harian di masing-masing provinsi itu secara berurutan adalah 315 orang, 247 orang, dan 225 orang. Sedangkan jumlah akumulasinya, secara berurutan adalah 138.749 orang, 61.424 orang dan 130.093 orang.

Baca Juga: Sri Mulyani: Kunci pemulihan sektor perdagangan adalah kepercayaan masyarakat

Peningkatan jumlah pasien sembuh bisa diharapkan akan lebih tinggi lagi apabila para peneliti mampu menuntaskan proses pengembangan obat untuk Covid-19. Memang, proses ini tidak mudah. “Proses ini sungguh panjang,” ujar Francis Collins, Direktur National Heath Institute, lembaga kesehatan pemerintah Amerika Serikat (AS), yang dikutipi stat.com

Tahap pertama dari proses itu adalah menemukan kerentanan molekular dalam virus. Setelah itu, para peneliti masih harus menyaring kandidat obat yang efektif untuk menyerang kerentanan si virus. Kerumitan di tahap ini adalah calon obat yang harus disaring bisa mencapai puluhan ribu.

Di tahap berikut, para ahli kimiat obat harus merancang molekul yang akan digunakan. Di sini, para ahli harus menyeimbangkan kekuatan, spesifikasi dan keamanan. Andai tahap ini berjalan mulus, para ahli masih harus melakukan pengujian terhadap hewan. Baru di tahap berikutnya, pengujian tahap klinis, atau terhadap manusia, bisa dilaksanakan.

Mengingat penyebaran virus corona tidak bisa dipastikan ujungnya, proses pencarian obat yang panjang ini mau tak mau harus berlangsung. “Bahkan di saat dunia memiliki vaksin yang hebat, infeksi masih akan terjadi.” Demikian penjelasan Collins tentang mengapa dunia tetap membutuhkan obat Covid-19 yang berkhasiat.

Mengutip stat, proses yang panjang itu kini menghasilkan beberapa kandidat obat. Satu di antaranya adalah molnupiravir, yang ditemukan Emory Institute for Drug Development, dan dikembangkan oleh Merck serta Ridgeback Biotherapeutics.

Obat yang juga dikenal sebagai analog nukleosida ini berupaya memanipulasi virus SARS-CoV-2 agar merusak materi genetiknya sendiri. Pengembangan obat ini telah mencapai fase pengujian klinis, dengan melibatkan 3.000 orang pasien Covid-19. Merck menargetkan sebagian data hasil penelitian fase kedua akan selesai dalam beberapa pekan mendatang.

Kandidat lain adalah obat yang dikembangkan Atea Pharmaceuticals, yang memiliki kode AT-527. Cara kerja obat ini adalah menargetkan enzim yang menjadi kunci dalam replikasi virus. Atea menargetkan hasil penelitian fase kedua, yang berfokus pada pasien rawat inap bisa tuntas pada akhir tahun. Perusahaan juga merencanakan studi tahap ketiga, yang meneliti pasien rawat jalan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Asia Selatan tembus 15 juta

Para ahli berharap kedua obat tersebut dapat membuat perbedaan. Mereka telah memilih target yang cenderung meminimalkan risiko efek samping, dan mereka telah merancang studi yang harus menentukan apakah target tersebut bekerja di jendela kunci pasca-diagnosis. Namun, beberapa menyatakan keprihatinan bahwa karena tidak ada pengobatan yang direkayasa secara khusus untuk SARS-CoV-2, tetap ada risiko besar yang masing-masing akan gagal. Mengenai antivirus yang digunakan ulang, "secara teoritis mereka harus bekerja dengan baik," kata Rasmussen, "tetapi pada kenyataannya seringkali tidak."

Kandidat lain adalah obat antiviral yang dikembangkan Pfizer. Obat yang memiliki kode pengembangan PF-07321332 itu, sekarang dalam tahap paling awal pengujian manusia. Obat Pfizer ini menargetkan 3CL, enzim yang memainkan peran penting dalam proses replikasi virus SARS-CoV-2. Stat tidak menyebut lebih rinci tentang kerangka waktu pengembangan obat ini.

Selama menanti kehadiran obat Covid-19 nan berkhasiat, kita bisa memanfaatkan apa yang sudah tersedia saat ini untuk mengatasi infeksi virus corona berikut dampaknya. Vaksin dan disiplin menjalankan protokol kesehatan mutlak perlu untuk mencegah infeksi virus corona berikut dampaknya yang berbahaya. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Jokowi bentuk Satgas penanganan hak tagih negara dana BLBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×