kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persentase pasien sembuh Covid-19 meningkat, proses pencarian obat belum tuntas


Minggu, 11 April 2021 / 22:59 WIB
Persentase pasien sembuh Covid-19 meningkat, proses pencarian obat belum tuntas
ILUSTRASI. Poster imbauan penggunaan masker di gedung perkantoran di Jakarta, Selasa (30/3). Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan mereka yang sudah divaksin tetap harus mengikuti protokol kesehatan./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/03/2021.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

Mengingat penyebaran virus corona tidak bisa dipastikan ujungnya, proses pencarian obat yang panjang ini mau tak mau harus berlangsung. “Bahkan di saat dunia memiliki vaksin yang hebat, infeksi masih akan terjadi.” Demikian penjelasan Collins tentang mengapa dunia tetap membutuhkan obat Covid-19 yang berkhasiat.

Mengutip stat, proses yang panjang itu kini menghasilkan beberapa kandidat obat. Satu di antaranya adalah molnupiravir, yang ditemukan Emory Institute for Drug Development, dan dikembangkan oleh Merck serta Ridgeback Biotherapeutics.

Obat yang juga dikenal sebagai analog nukleosida ini berupaya memanipulasi virus SARS-CoV-2 agar merusak materi genetiknya sendiri. Pengembangan obat ini telah mencapai fase pengujian klinis, dengan melibatkan 3.000 orang pasien Covid-19. Merck menargetkan sebagian data hasil penelitian fase kedua akan selesai dalam beberapa pekan mendatang.

Kandidat lain adalah obat yang dikembangkan Atea Pharmaceuticals, yang memiliki kode AT-527. Cara kerja obat ini adalah menargetkan enzim yang menjadi kunci dalam replikasi virus. Atea menargetkan hasil penelitian fase kedua, yang berfokus pada pasien rawat inap bisa tuntas pada akhir tahun. Perusahaan juga merencanakan studi tahap ketiga, yang meneliti pasien rawat jalan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Asia Selatan tembus 15 juta

Para ahli berharap kedua obat tersebut dapat membuat perbedaan. Mereka telah memilih target yang cenderung meminimalkan risiko efek samping, dan mereka telah merancang studi yang harus menentukan apakah target tersebut bekerja di jendela kunci pasca-diagnosis. Namun, beberapa menyatakan keprihatinan bahwa karena tidak ada pengobatan yang direkayasa secara khusus untuk SARS-CoV-2, tetap ada risiko besar yang masing-masing akan gagal. Mengenai antivirus yang digunakan ulang, "secara teoritis mereka harus bekerja dengan baik," kata Rasmussen, "tetapi pada kenyataannya seringkali tidak."

Kandidat lain adalah obat antiviral yang dikembangkan Pfizer. Obat yang memiliki kode pengembangan PF-07321332 itu, sekarang dalam tahap paling awal pengujian manusia. Obat Pfizer ini menargetkan 3CL, enzim yang memainkan peran penting dalam proses replikasi virus SARS-CoV-2. Stat tidak menyebut lebih rinci tentang kerangka waktu pengembangan obat ini.

Selama menanti kehadiran obat Covid-19 nan berkhasiat, kita bisa memanfaatkan apa yang sudah tersedia saat ini untuk mengatasi infeksi virus corona berikut dampaknya. Vaksin dan disiplin menjalankan protokol kesehatan mutlak perlu untuk mencegah infeksi virus corona berikut dampaknya yang berbahaya. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Jokowi bentuk Satgas penanganan hak tagih negara dana BLBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×