Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dilansir dari Forbes, Senin (24/8/2021), Bruce Y. Lee yang seorang Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) menjelaskan bahwa istilah Covid-22 muncul dari apa yang disampaikan oleh Sai Reddy, PhD, seorang profesor imunologi di ETH Zurich, Swiss.
Dalam pemberitaan di The Sun, Reddy memperingatkan bahwa varian baru yang bisa menimbulkan risiko besar kemungkinan akan muncul di tahun 2022.
"Covid-22 bisa lebih buruk dari yang kita saksikan sekarang," kata Reddy dalam laporan The Sun.
Di artikel tersebut, Reddy menggunakan istilah Covid-21 untuk merujuk pada varian Delta. Menurut Lee, penggunaan istilah Covid-21 yang merujuk pada Delta adalah keliru. Dia memberikan tiga alasan.
Pertama, perlu diketahui bahwa varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020, bukan 2021. Kedua, varian Delta merupakan hasil mutasi dari SARS-CoV-2 asli yang menyebabkan Covid-19.
Baca Juga: Perlukah memilih vaksin Covid-19 dari merek tertentu?
"Jadi tidak boleh digunakan istilah Covid-21 untuk menggambarkan varian Delta," demikian tulis Lee untuk Forbes. "Jika memang ingin menggunakan angka untuk menggambarkan varian Delta, bisa disebut varian B.1.617.2 yang merupakan istilah lainnya."
Ketiga, saat ini tidak ada Covid-22 karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi di tahun depan. Saat ini, varian yang paling mengkhawatirkan di dunia adalah varian Delta dan Delta Plus yang lebih menular dari versi virus asli.
Selain Delta, ada varian Lambda yang secara teknis masih terdaftar dalam variant of interest, bukan variant of concern dalam klasifikasi WHO. Varian Lambda telah menyebar ke lebih dari 30 negara.
Baca Juga: Kasus varian Delta di Indonesia naik hampir 2 kali lipat, 3 provinsi masih bebas