Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini pandemi Covid-19 di dunia sudah mengalami tiga gelombang atau puncak kasus. Pola kasus di setiap negara bisa jadi berbeda dengan negara lain. Adapun selain kecepatan penanganan kasus, protokol kesehatan menjadi kunci penurunan puncak.
Bulan September ini pandemi Covid-19 di tingkat global sedang menghadapi gelombang atau puncak III. Namun kini kurva kasus gelombang III mulai melambat. Dua gelombang sebelumnya pada tahun ini terjadi pada Bulan Januari dan April.
Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 membandingkan situasi gelombang kasus infeksi di beberapa negara dibandingkan dengan Indonesia. Jika melihat pola Indonesia, gelombang I pada Januari 2021 sejajar dengan negara-negara lain. Namun ketika dunia dan negara-negara lain mengalami gelombang II pada April 2021, Indonesia masih mengalami penurunan kasus.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 17 September: Tambah 3.835 kasus baru, prokes jangan kendor
Penyumbang terbesar jumlah kasus positif Covid-19 adalah Amerika Serikat (AS). Saat ini AS tengah mengalami gelombang III dengan kurva yang sudah melambat. Pola gelombang I dan III di AS mirip dengan pola global. Sementara ketika kasus global melonjak pada gelombang II, kasus di AS mengalami penurunan.
Berikutnya adalah Malaysia dan Jepang. Kedua negara itu memiliki pola yang mirip dengan pola kasus global. Saat ini kasus di Jepang mulai menurun sedangkan Malaysia masih berada di puncak gelombang III.
Sementara India cukup unik. India mengalami lonjakan pertama pada September 2020 ketika negara-negara lain belum mencapai puncak. Saat global mengalami gelombang I pada Januari 2021, India mengalami penurunan kasus.
Pada gelombang II Bulan April 2021, India berkontribusi tertinggi terhadap kasus global. Namun gelombang II di India menurun dan terus menunjukkan kurva mendatar selama 2,5 bulan berturut-turut. Sementara negara-negara lain di seluruh dunia justru mengalami peningkatan kasus.
Baca Juga: Pandemi akan menjadi endemik, ini saran Epidemiolog
Jika melihat perkembangan di Indonesia, puncak kedua terjadi pada Juli 2021. Sementara negara lain dan dunia tidak mengalami hal yang sama. Adapun pada saat kasus di Indonesia terus menurun pada September 2021 ini, kasus dunia masih mengalami gelombang III.
Wiku melihat situasi Covid-19 di Indonesia terus membaik. Acuannya adalah angka positif yang terus menurun serta jumlah testing dan tracing yang meningkat. "Meski demikian, pemerintah akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikannya," katanya dalam keterangan pers yang disiarkan secara virtual, Kamis (16/9).
Tidak boleh puas
Populasi Indonesia sebenarnya mirip dengan Amerika Serikat. Namun Indonesia mengalami jumlah kasus positif harian yang jauh lebih kecil kalau dilihat dari jumlah kasus per 1 juta penduduk. Bahkan, jumlah itu masih lebih kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga yang dengan populasi jauh lebih sedikit ketimbang Indonesia.
Gelombang II di Indonesia tidak diikuti lonjakan kasus dunia. Jadi biarpun peningkatan kasus di Indonesia signifikan, jumlahnya tidak cukup signifikan untuk berkontribusi terhadap peningkatan kasus global.
Pemerintah melihat penopang utama adalah kasus di Indonesia segera ditangani. Alhasil, kurva kasusnya menunjukkan kemiringan yang landai atau tidak seperti negara lain yang mengalami gelombang III. "Perkembangan yang sangat baik ini patut kita apresiasi karena menunjukkan ketangguhan bangsa kita dalam menghadapi pandemi Covid-19," tutur Wiku.
Namun begitu, Indonesia tak boleh puas begitu saja. Tetap ada dua tugas utama yang harus dilakukan bersama demi mempertahankan perkembangan baik saat ini.
Baca Juga: Vaksin, pola hidup sehat, dan prokes jadi senjata hadapi transisi pandemi ke endemik
Pertama, menjaga protokol kesehatan sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan sosial kemasyarakatan. Sebab, varian mutan seperti Delta memang terbukti lebih cepat dalam penularan.
Perlu dicatat bahwa meskipun Varian Delta ditemukan di India pada Oktober 2020, kasusnya baru melonjak pada April 2021. Indonesia pun begitu. Varian tersebut ditemukan pada Januari 2021 tetapi kasus baru melonjak pada Bulan Juli.
Oleh karena itu, lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata akibat Varian Delta. Melainkan, akibat aktivitas sosial masyarakat yang tidak sejalan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Jadi jika seluruh lapisan masyarakat mampu membatasi aktivitas sosial, dampak mutasi varian tidak akan menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan.
Kedua, menjadikan pola lonjakan di Indonesia selama tiga bulan terakhir dan lonjakan di dunia sebagai alarm kewaspadaan. "Kita bisa belajar dari India karena kasus-kasus di negara itu telah mendatar selama 2,5 bulan terakhir meskipun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan," pungkas Wiku.
Baca Juga: Airlangga: Masyarakat harus disiplin prokes untuk cegah gelombang ketiga Covid-19
Menurut data Satgas Covid-19 per Jumat (17/9), terdapat tambahan 3.835 kasus baru infeksi Virus Corona di Indonesia. Total kasus positif menjadi 4.185.144.
Jumlah kesembukan bertambah 7.912 orang sehingga total menjadi 3.976.064 orang. Sementara jumlah kematian akibat Virus Corona bertambah 219 orang sehingga total menjadi 140.138 orang.
Semua lapisan masyarakat wajib selalu menerapkan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan atau yang diperluas menjadi 5M. Penting pula mengimplementasikan 3T yaitu testing, tracing dan treatment.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Selanjutnya: Tahap 63, Indonesia Datangkan 1,6 Juta Dosis Vaksin Pfizer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News