kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jangan khawatir, bernafas dengan masker tak ganggu pasokan oksigen ke paru-paru


Selasa, 06 Oktober 2020 / 09:11 WIB
Jangan khawatir, bernafas dengan masker tak ganggu pasokan oksigen ke paru-paru
ILUSTRASI. Peneliti memastikan bahwa manfaat masker jauh lebih besar dari rasa tidak nyaman sesaat yang dirasakan.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - LONDON. Menggunakan masker sudah menjadi protokol wajib di banyak negara dalam upaya untuk mencegah penularan virus corona. Penelitian terbaru kembali membuktikan bahwa bernafas di balik masker tidak mempengaruhi pasokan oksigen ke paru-paru.

Sejak pandemi melanda, penggunaan masker mulai dianjurkan oleh badan kesehatan dunia WHO. Sayangnya, masih banyak orang yang mengabaikannya dengan berbagai alasan, salah satunya adalah alasan kenyamanan.

Banyak yang merasa tidak nyaman menggunakan masker dan mengaku sesak nafas saat menggunakan masker. Padahal, penelitian membuktikan bahwa masker tetap mampu menjaga pasokan oksigen yang masuk dengan normal.

Peneliti meyakinkan bahwa manfaat masker jauh lebih besar daripada rasa tidak nyaman sesaat yang dialami para pengguna.

Baca Juga: Perhatikan perbedaan flu biasa dan COVID-19, gejalanya mirip!

Masker tidak pengaruhi pasokan oksigen ke paru-paru

Perlu diakui bahwa menggunakan masker wajah terkadang terasa tidak nyaman. Tapi masker tetap aman digunakan karena tidak mambatasi pasokan oksigen ke paru-paru.

Melansir Reuters, para peneliti memastikan bahwa masker tidak membatasi aliran oksigen ke paru-paru, bahkan pada orang dengan penyakit paru-paru yang parah.

Mereka menguji efek memakai masker bedah pada pertukaran gas pada 15 dokter sehat dan 15 veteran militer dengan paru-paru yang rusak parah. Semuanya diminta melalukan jalan cepat selama enam menit.

Baca Juga: Memilih Masker yang Pas untuk Diri dan Lingkungan

Kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah diukur sebelum dan sesudah tes jalan kaki. Hasilnya, baik dokter yang sehat maupun para veteran militer tidak menunjukkan perubahan besar dalam pengukuran pertukaran gas setelah tes berjalan atau hingga 30 menit kemudian.

Tes sederhana tersebut menunjukkan manfaat masker tetap optimal pada pengguna dengan gangguan kesehatan paru-paru sekalipun.

Rasa tidak nyaman saat menggunakan masker  kemungkinan besar bukan karena pernapasan ulang karbon dioksida dan penurunan kadar oksigen, melainkan karena sebab lain.

"Sebaliknya, masker dapat menyebabkan ketidaknyamanan dengan mengiritasi saraf wajah yang sensitif, menghangatkan udara yang dihirup, atau memicu perasaan klaustrofobia," ungkap hasil penelitian yang terbit melalui jurnal Thorax, Jumat (2/10), seperti dikutip Reuters.

Ketidaknyamanan seperti itu sebaiknya tidak menjadi masalah karena jenis masker saat ini sudah beragam disesuaikan dengan masing-masing pengguna. Pada akhirnya, manfaat masker jauh lebih besar.

Para peneliti tetap menganjurkan semua orang untuk rajin menggunakan masker yang dirasa nyaman, dan aman, karena telah terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan di masa pandemi seperti ini.

Selanjutnya: Masker katup tidak efektif, ini jenis masker yang disarankan WHO

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindari kerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×