Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam hal risiko reinfeksi, yang kuat ialah varian Delta dan Beta. Keduanya bisa menerjang sistem antibodi yang terbentuk dari infeksi pertama. Varian Gamma dan Alpha ada di level bawahnya.
Jenis vaksin versus varian baru
Mengutip indonesia.go.id, berikut adalah penjelasan mengenai proteksi vaksin terhadap ke-4 VoC tersebut:
1. Varian Alpha B-117
Secara umum semua vaksin dilaporkan mengalami efek penurunan daya netralisasinya (meredam) aksi virus di dalam tubuh. Penurunannya antara 10–20 persen.
Namun, pengaruhnya atas efikasi tak ada laporan yang menyeluruh. Laporan hanya ada pada beberapa merk. AstraZeneca, misalnya, melaporkan bahwa efikasi terhadap penularan turun 10 persen dan efikasi pada keparahan susut antara 10--20 persen.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Moderna hanya untuk dua kelompok masyarakat ini, siapa saja?
Tak ada laporan terkait efikasi pada fatalitas (kematian). Moderna dan Pfizer-Biontech juga melaporkan penurunan efikasi pada keparahan (severity) 10 persen.
2. Varian Beta B-1351
Terhadap serangan Varian Beta daya tangkal vaksin itu menurun lebih jauh. Vaksin Anhui, Beijing-CNBG dan Bharat (India) melaporkan penurunan netralisasi 10--20 persen. AstraZeneca dan Sputnik V mengalami penurunan 20--30 persen.
Bahkan, Moderna, Pfizer-Biontech dan Covavax melaporkan daya tangkal antibodi penggunanya turun lebih dari 30 persen.
Baca Juga: Vaksin Pfizer baru bisa didapat di Jabodetabek, begini cara mendapatkannya!
Namun, laporan efikasi penularan dan tingkat keparahan tidak banyak tersedia. Pfizer melaporkan efikasinya kepada penularan turun 10--20 persen, dan efikasi keparahan susut 10 persen.
Pada saat yang sama, AstraZeneca dan Novavax mencatat efikasinya terhadap keparahan anjlok lebih dari 30 persen. Tak tersedia laporan tentang mortalitas.