Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Reisa mengatakan saat awal pandemi memang dianjurkan untuk melakukan tes kembali di akhir periode isolasi untuk menyatakan bahwa tubuh sudah terbebas virus. Akan tetapi, rupanya PCR tak bisa membedakan antara virus aktif yang sedang menginfeksi dengan virus yang inaktif atau tinggal sisa-sisa partikel virus.
Padahal, partikel virus dapat bertahan bahkan hingga berbulan-bulan setelah individu dinyatakan sembuh.
"Makanya, tidak lagi digunakan PCR sebagai penentu kesembuhan, tapi PCR digunakan sebagai penentu diagnosis konfirmasi penyakit," tuturnya.
Meski demikian Reisa menyarankan agar saat akan mengakhiri isolasi mandiri pasien bertanya pada tenaga medis untuk soal waktu yang tepat kapan harus mengakhiri isolasi mandiri.
Baca Juga: Gejala mirip, ini cara membedakan sakit Covid-19 dengan tipes
Hal ini agar pasien tidak mengakhiri pengobatan saat kondisi tubuh ternyata masih perlu pengobatan karena hal ini bisa berbahaya.
"Tidak perlu PCR ulang untuk menyatakan sembuh, tapi yang menyatakan treatment-nya selesai tidak bisa dari diri sendiri, melainkan keputusan faskes atau tenaga medis yang merawat," ucap dia.
Perlunya berkonsultasi pada tenaga medis menurut Reisa perlu dilakukan karena dikhawatirkan pasien dapat mengalami long covid, atau sisa gejala yang masih ada setelah seseorang pulih.
Baca Juga: Penderita Covid-19 tak lagi menularkan virus saat isolasi mandiri, jika...
Hal serupa juga dikatakan dr. RA Adaninggar Primadia Nariswari SpPD, Ahli Kesehatan yang juga aktif dalam memberikan edukasi Covid-19.
"Orang bergejala ringan setelah 10 hari sudah bisa bebas isolasi, karena tidak lagi menular jika gejalanya sudah benar-benar hilang," kata dia dikutip dari Kompas.com, Senin (12/07/2021).