kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejala baru virus corona: Sulit berbicara dan halusinasi


Kamis, 21 Mei 2020 / 07:40 WIB
Gejala baru virus corona: Sulit berbicara dan halusinasi
ILUSTRASI. Infografik gejala terinfeksi virus corona.


Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Para pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan gejala baru virus corona yang muncul: kesulitan berbicara dan halusinasi.

Sebelumnya, gejala-gejala umum yang muncul pada orang yang terinfeksi virus corona adalah demam, sesak napas, batuk, flu, dan bisa juga tidak tampak gejala klinis.

Melansir Metro, WHO menyatakan, kesulitan berbicara dan kurangnya gerakan juga bisa menjadi gejala virus corona.

"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," ujar pakar WHO.

Baca Juga: Mengenal infeksi tanpa gejala, pemicu kekhawatiran corona gelombang dua

Kesulitan berbicara

WHO menjelaskan, gejala serius dari terinfeksi virus corona yakni kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau tekanan di dada, dan kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.

Para ilmuwan telah memperingatkan, kesulitan dalam berbicara juga bisa menjadi tanda dampak virus corona dan pada kesehatan mental.

Peneliti di Orygen dan La Trobe University di Melbourne melaporkan, beberapa pasien telah mengalami episode psikotik sebagai akibat dari virus corona.

Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini, menggambarkan Covid-19 sebagai pengalaman yang membuat stres bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki kebutuhan kompleks.

Baca Juga: Studi terbaru, tingkat keparahan Covid-19 pada anak dan remaja lebih tinggi

Menurutnya, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial yang substansial, yang menyebabkan episode psikosis.

Pasien juga bisa mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.

Profesor Richard Gray, peneliti lainnya mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi. 

"Ini adalah kelompok yang mungkin akan membutuhkan lebih banyak dukungan, dengan isolasi, jarak fisik, mencuci tangan, dan lainnya. Dokter mungkin adalah orang-orang yang perlu berpikir dan bekerja pada hal penanganan pandemi untuk membantu populasi yang rentan ini," ujar Richard. 

Baca Juga: Virus corona serang bagian tubuh ini, apa saja?




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×