kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.879   51,00   0,32%
  • IDX 7.205   64,31   0,90%
  • KOMPAS100 1.106   11,04   1,01%
  • LQ45 878   11,56   1,33%
  • ISSI 221   1,08   0,49%
  • IDX30 449   6,43   1,45%
  • IDXHIDIV20 540   5,72   1,07%
  • IDX80 127   1,45   1,15%
  • IDXV30 135   0,62   0,46%
  • IDXQ30 149   1,69   1,15%

Benarkah setelah sembuh dari Covid-19 bisa kebal virus corona? Ini kata medis


Kamis, 15 Oktober 2020 / 10:38 WIB
Benarkah setelah sembuh dari Covid-19 bisa kebal virus corona? Ini kata medis
ILUSTRASI. Presiden Donald Trump mengaku kebal dari virus corona karena sudah sembuh menjalani perawatan akibat Covid-19.. REUTERS/Tom Brenner


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Ada anggapan, orang yang sembuh dari Covid-19 bakal kebal dari virus corona. Alasannya, orang yang sembuh dari Covid-19 memiliki antibodi untuk melawan virus corona. Benarkah demikian?

Anggapan kebal dari virus corona setelah sembuh dari Covid-19 ini juga diviralkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam ujaran di Twitter, Presiden Donald Trump mengaku kebal dari virus corona setelah menjalani perawatan akibat Covid-19.

Namun, anggapan itu salah. Seorang perempuan berusia lanjut di Belanda meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona untuk kedua kalinya. Kasus ini menjadi kematian pertama yang dilaporkan akibat reinfeksi virus corona. Peristiwa ini pun diteliti.

Mengutip BNO News, Senin (12/10/2020), pasien berusia 89 tahun ini juga telah dirawat karena sebuah jenis kanker sel darah putih yang dimilikinya. Para peneliti mengatakan, saat tiba di unit gawat darurat, perempuan ini mengalami demam dan batuk parah.

Baca juga: Inilah cara mencegah corona saat makan di restoran menurut CDC

Ia dikonfirmasi positif virus corona dan dirawat di rumah sakit selama lima hari. Setelah itu, gejala-gejala yang ditunjukkan mereda, kecuali kelelahan yang terus dialami. Ia kemudian dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Dua bulan kemudian, dua hari setelah menjalani periode baru kemoterapi, wanita tersebut mengalami demam, batuk, dan dispnea. Perempuan itu pun kembali dinyatakan positif virus corona. "Pada hari kedelapan, kondisi pasien memburuk. Ia meninggal dua minggu kemudian," kata para peneliti.

Reinfeksi bisa munculkan gejala corona yang lebih parah Jumlah kasus reinfeksi yang dilaporkan oleh para peneliti masih belum begitu banyak. Sebelumnya, banyak pendapat menduga pasien yang pernah mengalami infeksi Covid-19 akan mengembangkan imun tertentu dan dapat sembuh saat terinfeksi kembali.

Namun, sebuah penelitian yang dirilis pada Selasa (13/10/2020) di jurnal The Lancet Infectious Diseases menujukkan pasien Covid-19 kemungkinan mengalami gejala lebih parah saat terinfeksi untuk kedua kalinya. Studi tersebut mengamati grafik yang ditunjukkan kasus reinfeksi pertama Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Hasilnya, ada indikasi paparan virus tidak menjamin imunitas.

Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 25 tahun dan terinfeksi dua varian berbeda dari SARS-CoV-2 dalam waktu 48 hari. Infeksi kedua lebih parah dari yang pertama, hingga membuat pasien dirawat di rumah sakit dan membutuhkan bantuan oksigen.

Namun demikian, para peneliti menyebut masih dibutuhkannya penelitian lebih lanjut untuk mencapai kesimpulan yang pasti terhadap kemungkinan-kemungkinan pada reinfeksi. "Kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami berapa lama imunitas dapat pertahan pada orang yang terpapar SARS-CoV-2 dan mengapa beberapa infeksi kedua, meskipun jarang, dapat lebih parah," kata ketua studi, Mark Pandori sebagiamana dikutip Straits Times, Selasa (13/10/2020).

Baca juga: Aktor Stephen Chow bangkrut ditagih utang hingga Rp 700 miliar, ini penyebabnya

Hingga kini, masih belum jelas bagaimana dan berapa lama imunitas tubuh dari Covid-19 terbentuk serta bertahan. Untuk penyakit-penyakit seperti campak, infeksi menghasilkan kekebalan seumur hidup. Sementara, untuk patogen lain, kekebalan mungkin berlangsung dalam periode waktu yang lebih pendek.

Para peneliti mengatakan pasien reinfeksi Covid-19 di AS kemungkinan terpapar jumlah virus yang lebih banyak di infeksi keduanya sehingga menimbulkan reaksi yang lebih parah. Kemungkinan lain, pasien tersebut terpapar strain yang lebih mematikan.

Ada juga dugaan yang menyebut kondisi yang semakin buruk pada infeksi kedua dipengaruhi oleh mekanisme dalam antibodi itu sendiri. Terlepas dari ketidakpastian itu, peneliti menyebut prospek reinfeksi ini memiliki dampak yang besar terhadap bagaimana dunia menghadapi pandemi ini.

"Dengan lebih banyaknya kasus reinfeksi yang muncul, para komunitas ilmiah akan memiliki kesempatan untuk lebih memahami korelasi perlindungan dan seberapa sering infeksi alami SARS-CoV-2 menyebabkan kekebalan itu," kata Profesor Imunobiologi dan Molekuler, Sel, dan Pengembangan Biologi di Yale University, Akiko Iwasaka.

Iwasaka juga menilai informasi ini menjadi kunci untuk memahami vaksin mana yang dapat bekerja paling efektif nantinya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tercatat Kematian Pertama akibat Reinfeksi Corona, Studi: Tak Ada Jaminan Imunitas",

Penulis : Vina Fadhrotul Mukaromah
Editor : Jihad Akbar

Selanjutnya: Masuk 10 besar,Utang luar negeri Indonesia meningkat 2x lipat lebih 10 tahun terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×