kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Benarkah setelah sembuh dari Covid-19 bisa kebal virus corona? Ini kata medis


Kamis, 15 Oktober 2020 / 10:38 WIB
Benarkah setelah sembuh dari Covid-19 bisa kebal virus corona? Ini kata medis
ILUSTRASI. Presiden Donald Trump mengaku kebal dari virus corona karena sudah sembuh menjalani perawatan akibat Covid-19.. REUTERS/Tom Brenner


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Namun, sebuah penelitian yang dirilis pada Selasa (13/10/2020) di jurnal The Lancet Infectious Diseases menujukkan pasien Covid-19 kemungkinan mengalami gejala lebih parah saat terinfeksi untuk kedua kalinya. Studi tersebut mengamati grafik yang ditunjukkan kasus reinfeksi pertama Covid-19 di Amerika Serikat (AS). Hasilnya, ada indikasi paparan virus tidak menjamin imunitas.

Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 25 tahun dan terinfeksi dua varian berbeda dari SARS-CoV-2 dalam waktu 48 hari. Infeksi kedua lebih parah dari yang pertama, hingga membuat pasien dirawat di rumah sakit dan membutuhkan bantuan oksigen.

Namun demikian, para peneliti menyebut masih dibutuhkannya penelitian lebih lanjut untuk mencapai kesimpulan yang pasti terhadap kemungkinan-kemungkinan pada reinfeksi. "Kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami berapa lama imunitas dapat pertahan pada orang yang terpapar SARS-CoV-2 dan mengapa beberapa infeksi kedua, meskipun jarang, dapat lebih parah," kata ketua studi, Mark Pandori sebagiamana dikutip Straits Times, Selasa (13/10/2020).

Baca juga: Aktor Stephen Chow bangkrut ditagih utang hingga Rp 700 miliar, ini penyebabnya

Hingga kini, masih belum jelas bagaimana dan berapa lama imunitas tubuh dari Covid-19 terbentuk serta bertahan. Untuk penyakit-penyakit seperti campak, infeksi menghasilkan kekebalan seumur hidup. Sementara, untuk patogen lain, kekebalan mungkin berlangsung dalam periode waktu yang lebih pendek.

Para peneliti mengatakan pasien reinfeksi Covid-19 di AS kemungkinan terpapar jumlah virus yang lebih banyak di infeksi keduanya sehingga menimbulkan reaksi yang lebih parah. Kemungkinan lain, pasien tersebut terpapar strain yang lebih mematikan.

Ada juga dugaan yang menyebut kondisi yang semakin buruk pada infeksi kedua dipengaruhi oleh mekanisme dalam antibodi itu sendiri. Terlepas dari ketidakpastian itu, peneliti menyebut prospek reinfeksi ini memiliki dampak yang besar terhadap bagaimana dunia menghadapi pandemi ini.

"Dengan lebih banyaknya kasus reinfeksi yang muncul, para komunitas ilmiah akan memiliki kesempatan untuk lebih memahami korelasi perlindungan dan seberapa sering infeksi alami SARS-CoV-2 menyebabkan kekebalan itu," kata Profesor Imunobiologi dan Molekuler, Sel, dan Pengembangan Biologi di Yale University, Akiko Iwasaka.

Iwasaka juga menilai informasi ini menjadi kunci untuk memahami vaksin mana yang dapat bekerja paling efektif nantinya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tercatat Kematian Pertama akibat Reinfeksi Corona, Studi: Tak Ada Jaminan Imunitas",

Penulis : Vina Fadhrotul Mukaromah
Editor : Jihad Akbar

Selanjutnya: Masuk 10 besar,Utang luar negeri Indonesia meningkat 2x lipat lebih 10 tahun terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×