kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45912,18   -11,31   -1.22%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas, banyak makan daging merah olahan bisa meningkatkan risiko kanker


Senin, 19 Agustus 2019 / 11:45 WIB
Awas, banyak makan daging merah olahan bisa meningkatkan risiko kanker
ILUSTRASI. Ilustrasi kesehatan makanan


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daging merah olahan termasuk makanan yang praktis dan terasa nikmat di lidah. Namun, sebaiknya batasi jumlah konsumsinya. Sejumlah studi menemukan bahwa konsumsi banyak daging merah olahan bisa meningkatkan risiko kanker dan masalah kesehatan lainnya. 

Jenis daging merah olahan yang laris antara lain sosis, bacon, kornet, salami, hingga daging burger. 

Sebuah studi yang dipublikasikan pada Journal of The Academy of Nutrition and Dietetics menemukan, jumlah daging olahan yang dikonsumsi warga Amerika Serikat tidak berubah selama 18 tahun terakhir. 

Baca Juga: Musim hujan bakal terlambat, ini saran BMKG untuk antisipasi kekeringan

Riset tersebut turut membahas manfaat konsumsi daging ikan. Namun kebanyakan orang Amerika justru mengkonsumsinya lebih sedikit daripada daging merah. 

Peneliti melihat data pola makan sekitar 44.000 orang dewasa di atas usia 20 tahun yang berpartisipasi dalam Survei Kesehatan Nasional dan Pemeriksaan Nutrisi. Survei tersebut menelusuri pola asupan makan dari tahun 1999 hingga 2016. 

Dalam jangka waktu tersebut, konsumsi olahan daging justru sedikit meningkat, dari 182 gram per minggu menjadi 187 gram. Lima tipe daging yang paling banyak dikonsumsi antara lain daging deli, sosis, hot dog, ham, dan bacon.

Sementara konsumsi daging ikan hanya sekitar 115 gram per minggunya pada 1999 dan hanya naik beberapa gram pada titik akhir studi. 

Jumlah yang cukup kontras ditunjukkan antara daging olahan dan daging non-olahan. Konsumsi daging non-olahan justru menurun, dari 340 gram per minggu menjadi 284 gram. 

Baca Juga: Menambah massa otot agar hidup lebih lama

Peneliti menilai, hasil tersebut disebabkan konsumsi daging ayam yang meningkat. Hasil ini bukanlah hasil yang baik. Sudah banyak bukti yang menyebut bahwa konsumsi daging olahan tidak hanya meningkatkan risiko kanker, tapi juga obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. 

Salah seorang penulis studi yang juga seorang associate professor di Tuffs University, Fang Fang Zhang, M.D., Ph.D., menambahkan, daging olahan bukan satu-satunya ancaman pola makan yang terkait dengan risiko kanker. Pola makan rendah serat seperti gandum utuh juga dikaitkan dengan risiko kanker. 

Pilihan makan yang buruk seperti rendah sayur-sayuran dan buah-buahan serta konsumsi minuman tinggi gula semakin memperburuk risiko. 

Zhang mengatakan, sekitar 5% dari semua kasus kanker invasif di kalangan orang dewasa Amerika dikaitkan dengan pola makan yang buruk. Angka tersebut sedikit lebih rendah daripada alkohol (6%) dan berat badan berlebih (sekitar 8%), tetapi lebih tinggi dari kanker yang dikaitkan dengan kebiasaan kurang gerak (3%). 

Baca Juga: Segudang manfaat makanan pedas, menyehatkan jantung hingga mencegah kanker

Kasus kanker invasif baru juga terkait dengan pola makan yang buruk. Konsumsi daging olahan mengambil peran yang sangat besar di sana. "Studi ini dan beberapa studi lainnya, menggarisbawahi pentingnya memperbaiki kebiasaan konsumsi kelompok makanan dan nutrisi tertentu," kata Zhang. 

Jadi, seberapa buruk daging olahan? Sangat buruk. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), daging olahan masuk klasifikasi "kelompok 1 karsinogen". Hal-hal lainnya selain daging olahan yang juga ada pada kelompok tersebut adalah tembakau dan asbes. 

Ahli gizi dari Minneapolis, Cindi Lockhart, R.D.N menjelaskan, risiko normal untuk kanker usus besar adalah 5%. Tetapi, ketika seseorang makan, meskipun hanya satu hot dog atau empat irisan bacon saja dalam sehari, risiko itu melonjak hingga 18%. 

Bagi wanita, makan dua irisan daging asap atau setengah hot dog setiap hari bisa meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 21%. 

Inilah mengapa cara pengolahannya juga menjadi perhatian penting dibandingkan dengan dagingnya sendiri. Lockhart mengatakan bahwa natrium nitrit dalam daging olahan berubah menjadi senyawa yang disebut nitrosamin, yang telah terbukti menyebabkan pembentukan sel-sel penyebab kanker terutama pada usus dan perut. 

Baca Juga: Manfaatkan genom alpukat, kualitas panen bisa meningkat

Daging asap juga menciptakan substansi hidrokarbon aromatik polisiklik yang juga dikaitkan dengan kanker. Namun, tentu saja ada opsi yang disebut lebih sehat yaitu jenis daging olahan dengan label "organik", "tidak diawetkan" dan "bebas nitrat". 

Namun, Lockhart mengatakan, belum ada riset yang membuktikan klaim tersebut lolos dari risiko daging olahan. Lockhart merekomendasikan agar kita sebisa mungkin meminimalisasi konsumsi daging merah, misalnya dengan menghindari konsumsi harian atau bahkan mingguan. 

Selain itu, perubahan gaya hidup juga tak kalah penting. Hindari kebiasaan merokok, minum, perilaku jarang bergerak, dan memperbanyak makan sayur dan buah. 

"Jika faktor buruk yang ada dalam tubuh kita hanya berupa konsumsi daging, maka tidak terlalu buruk daripada kombinasi kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut. Namun tetap, upayakan untuk meminimalisasi konsumsi daging merah olahan," katanya. (Nabilla Tashandra)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Makan Daging Merah Olahan Tingkatkan Risiko Kanker"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×