kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Apa Itu Glukosa yang Bisa Sebabkan Diabetes?


Jumat, 20 Januari 2023 / 15:44 WIB
Apa Itu Glukosa yang Bisa Sebabkan Diabetes?
ILUSTRASI. Glukosa.


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Glukosa adalah salah satu dari jenis gula. Glukosa adalah salah satu nutrisi yang paling penting dan diperlukan tubuh sebagai sumber energi.

Selain glukosa dikenal pula fruktosa yang biasanya berasal dari buah-buahan. Kemudian ada pula sukrosa, yakni jenis gula disakarida yang terbentuk dari fruktosa dan glukosa.

Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, glukosa bisa saja jadi sumber penyakit. Seperti diabetes maupun penyakit terkait lainnya akibat komplikasi. 

Diabetes ditandai dengan meningkatnya glukosa hingga di atas nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. 

Baca Juga: Dapat Awetkan Makanan, Kenali Perbedaan Fermentasi dan Pengasaman dalam Makanan

Apa itu glukosa?

Glukosa

Dikutip dari MedlinePlus, glukosa adalah sebutan lain dari gula darah, yakni gula utama yang ditemukan dalam aliran darah.

Sumber glukosa adalah dari makanan yang Anda makan, dan merupakan sumber energi utama tubuh. Darah membawa glukosa ke semua sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.

Diabetes adalah penyakit di mana kadar gula dalam darah terlalu tinggi. Seiring waktu, terlalu banyak glukosa dalam darah dapat menyebabkan masalah serius. 

Baca Juga: Jenis-Jenis Karbohidrat yang Dibutuhkan Tubuh, Manfaat, dan Sumber Makanan

Bahkan jika Anda tidak menderita diabetes sekalipun, terkadang Anda mungkin memiliki masalah lainnya terkait glukosa, yaitu gula darah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. 

Menjaga jadwal makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan minum obat yang dibutuhkan secara teratur dapat membantu tubuh mengontrol gula darah dalam tubuh.

Sementara jika Anda memang menderita diabetes, sangat penting untuk menjaga level gula darah. Anda juga perlu memeriksa kadar gula darah secara rutin.

Jika gula darah Anda terlalu tinggi, maka dokter biasanya akan menyarankan untuk minum obat atau mengikuti diet khusus.

Baca Juga: Selain Enak, Simak 5 Manfaat Buah Stroberi Untuk Kesehatan Tubuh

Sumber glukosa

Glukosa

Dilansir dari Food Insight, glukosa adalah monosakarida yang paling umum ditemukan di alam. Pada tanaman, glukosa dihasilkan melalui fotosintesis. 

Beberapa tanaman menyimpan glukosa dalam rantai yang terhubung. Rantai ini disebut pati. Makanan yang mengandung pati termasuk jagung, kentang, beras dan gandum. 

Monosakarida glukosa (bukan sebagai bagian dari pati) juga ditemukan secara alami di beberapa makanan. 

Sumber makanan dengan konsentrasi glukosa sangat tinggi adalah madu, diikuti oleh buah-buahan kering seperti kurma, aprikot, kismis, plum dan buah ara.

Nah, yang jadi masalah, terkadang orang terlalu banyak mengonsumsi makanan yang dibuat dari gula, sehingga meningkatkan risiko penyakit. Ini berbeda ketika orang memakan gula alami dari buah-buahan.

Baca Juga: 11 Gejala Awal Diabetes dan Pencegahannya yang Perlu Diwaspadai

Beda glukosa sebagai gula alami dan tambahan

Gula yang kita konsumsi sering digambarkan sebagai gula alami atau gula tambahan, tergantung dari sumbernya. 

Glukosa dianggap sebagai gula alami bila dikonsumsi langsung dari makanan utuh seperti aprikot dan kurma. 

Glukosa dianggap sebagai gula tambahan saat dikonsumsi dari makanan dan minuman kemasan yang telah ditambahkan selama pembuatan, terutama gula pasir yang dibuat dari tanaman tebu. 

Masalah konsumsi glukosa adalah masalah dihampir semua negara. 

Baca Juga: Yuk Simak! 8 Manfaat Buah Sawo Untuk Kesehtan yang Penting Diketahui

Bagaimana glukosa dicerna?

Glukosa

Glukosa secara teknis tidak memerlukan pencernaan. Sebaliknya, glukosa diserap di usus kecil langsung ke aliran darah, di mana glukosa dapat digunakan untuk energi atau akhirnya disimpan sebagai glikogen di otot dan hati. 

Kita mengkonsumsi glukosa langsung dari makanan seperti madu. Serta mendapatkan glukosa dari makanan dan minuman yang mengandung laktosa, sukrosa dan pati. 

Saat kita makan makanan yang mengandung pati, air liur di mulut kita harus terlebih dahulu memecah pati menjadi maltosa (salah satu jenis glukosa). 

Maltosa kemudian dipecah lebih lanjut menjadi unit glukosa, membuatnya bisa lebih mudah untuk diserap oleh darah. 

Baca Juga: Ini 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Malaria

Mirip dengan pencernaan maltosa, ketika kita mengonsumsi laktosa dan sukrosa, glukosa diserap setelah dipisahkan dari monosakarida pasangannya (galaktosa dalam laktosa dan fruktosa dalam sukrosa). 

Proses dalam pencernaan disakarida dan pati membuatnya lebih lama untuk menyerap glukosa, yang menghasilkan lebih sedikit kenaikan gula darah daripada mengonsumsi glukosa secara langsung.

Itu sebabnya, jarang orang menderita gula darah tinggi akibat mengonsumsi buah-buahan meski dalam jumlah banyak. Sebaliknya, gula darah bisa dengan cepat naik saat orang terlalu banyak makan makanan mengandung gula buatan. 

Baca Juga: Buah & Sayuran yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Diabetes

Glukosa adalah penyebab diabetes?

Glukosa

Dikutip dari MayoClinic, gejala diabetes tipe 1 sering muncul secara tiba-tiba dan seringkali menjadi alasan untuk pemeriksaan kadar gula darah. 

Karena gejala diabetes tipe lain dan pradiabetes muncul secara bertahap atau mungkin tidak mudah didiagnosa.

American Diabetes Association (ADA) telah mengembangkan pedoman skrining. ADA merekomendasikan agar orang-orang yang masuk kategori berikut melakukan tes diabetes: 

  • Siapa pun dengan indeks massa tubuh lebih tinggi dari 25 (23 untuk Asia-Amerika), tanpa memandang usia, yang memiliki faktor risiko tambahan. Faktor-faktor ini termasuk tekanan darah tinggi, kadar kolesterol non-tipikal, gaya hidup yang tidak aktif bergerak, riwayat sindrom ovarium polikistik atau penyakit jantung, dan memiliki kerabat dekat dengan diabetes.
  • Siapa pun yang lebih tua dari usia 35 disarankan untuk mendapatkan skrining gula darah awal. Jika hasilnya normal, mereka harus diskrining setiap tiga tahun setelahnya.
  • Wanita yang pernah menderita diabetes gestasional disarankan untuk melakukan skrining diabetes setiap tiga tahun.
  • Siapa pun yang telah didiagnosis menderita pradiabetes disarankan untuk dites setiap tahun.
  • Siapa pun yang mengidap HIV disarankan untuk dites.

Baca Juga: ​11 Manfaat Minyak Kelapa Bagi Kesehatan dan Cara Membuatnya

Tes untuk diabetes tipe 1 dan tipe 2 dan pradiabetes yang bisa dilakukan antara lain: 

1. Tes hemoglobin terglikasi (A1C)

Tes darah ini tidak mengharuskan Anda tidak makan dalam jangka waktu tertentu (puasa). Tes ini menunjukkan rata-rata kadar gula darah Anda selama 2 hingga 3 bulan terakhir. Ini mengukur persentase gula darah yang melekat pada hemoglobin, protein pembawa oksigen dalam sel darah merah.

Semakin tinggi kadar gula darah Anda, semakin banyak hemoglobin yang Anda miliki dengan gula yang menempel. Tingkat A1C 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah berarti Anda menderita diabetes. A1C antara 5,7% dan 6,4% berarti Anda menderita pradiabetes. Di bawah 5,7% dianggap normal.

Baca Juga: Kolesterol Tinggi Langsung Kabur dengan 8 Air Rebusan Ini, Apa Saja?

2. Tes gula darah acak

Sampel darah akan diambil secara acak. Kapan pun Anda terakhir makan, kadar gula darah 200 miligram per desiliter (mg/dL) — 11,1 milimol per liter (mmol/L) — atau lebih tinggi menunjukkan diabetes.
Tes gula darah puasa. 

Sampel darah akan diambil setelah Anda tidak makan apapun pada malam sebelumnya (puasa). Kadar gula darah puasa kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L) adalah normal. 

Tingkat gula darah puasa dari 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) dianggap pradiabetes. Jika hasilnya 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah, Anda menderita diabetes.

Baca Juga: Mitos Diabetes & Ciri-Ciri Diabetes Tipe 1 Pada Anak

3. Tes toleransi glukosa oral

Untuk tes ini, Anda berpuasa semalaman. Kemudian, kadar gula darah puasa diukur. Lalu, Anda akan diminta meminum cairan manis dan kadar gula darah diuji secara teratur selama dua jam berikutnya.

Tingkat gula darah kurang dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L) adalah normal. Pembacaan lebih dari 200 mg/dL (11,1 mmol/L) setelah dua jam berarti Anda menderita diabetes. Angka antara 140 dan 199 mg/dL (7,8 mmol/L dan 11,0 mmol/L) berarti Anda menderita pradiabetes.

Baca Juga: Bisa Bikin Tidur Nyenyak, Kenali 5 Manfaat Kismis bagi Kesehatan Ini yuk

Jika tenaga kesehatan memperkirakan Anda menderita diabetes tipe 1, mereka mungkin menguji urin Anda untuk menguji agar lebih pasti dengan metode keton. 

Keton adalah produk sampingan yang dihasilkan saat otot dan lemak digunakan untuk energi. Tenaga kesehatan mungkin juga akan melakukan tes untuk melihat apakah Anda memiliki sel sistem kekebalan yang merusak yang terkait dengan diabetes tipe 1 yang disebut autoantibodi.

Jadi itulah informasi seputar glukosa. Pada dasarnya, glukosa adalah sumber nutrisi yang bermanfaat selama dalam batas yang aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×