Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
Dari riset tersebut, para ahli menemukan bahwa anak-anak berusia 12 tahun yang hidup di lingkungan berpolusi tiga sampai empat kali lebih mungkin mengalami depresi berat saat mereka berumur 18 tahun.
Karena itu, langkah pemerintah mendorong program langit biru, yakni mendorong BBM ramah lingkungan perlu didukung.
Caranya, dengan mengurangi distribusi dan penjualan jenis BBM yang tidak ramah lingkungan, yaitu BBM beroktan rendah.
"Karena bagaimana pun itu (BBM ramah lingkungan) membuat lingkungan lebih sehat dan nyaman bagi masyarakat," tegas ketua harian Yayasan Lembabaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi ketika dihubungi awak media, Selasa (4/5/2021).
Apalagi, kata Tulus, penghapusan BBM tidak ramah lingkungan seperti premium sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon. Namun, upaya itu bila tak didukung maka sulit tercapai.
"Pengurangan emisi karbon akan sulit tercapai jika masyarakat masih dominan menggunakan BBM yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.
Tulus menegaskan, pemerintah pusat telah menetapkan premium hanya berlaku di luar Pulau Jawa. "Tinggal komitmen saja pelaksanaannya bagaimana," ujar dia.
Apalagi, lebih dari 30% bensin premium digunakan oleh kendaraan bermotor. Jika premium tidak dihapus, ibu kota akan tenggelam oleh polusi. Karena penyebab tingginya polusi udara tinggi karena masih banyak penggunaan BBM oktan rendah.
"Penyebab polusi udara tinggi karena banyak kendaraan masih mengonsumsi BBM yang memiliki oktan rendah. Mestinya pemerintah satu suara mencari solusi yang terbaik," ujar dia.
Ahli kesehatan lingkungan Budi Hartono menyebutkan, polusi udara disebutkan BBM Ron rendah membuat pembakaran tidak sempurna dalam ruang bakar yang mengakibatkan peningkatan emisi.
Baca Juga: Sehat untuk jantung, ini segudang manfaat buah belimbing
Hal ini, kata dia berdampak buruk terhadap kesehatan. Berbagai penyakit kronis pun mengintai. Seperti akumulasi polutan yang masuk ke tubuh akan mempengaruhi metabolisme tubuh.