Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
"Meski film ini bisa menyebabkan kekerasan, namun ini media yang baik agar orang-orang memahami masalah kesehatan mental lebih baik," ungkap Scribner.
Sebagai sang pemeran Joker, Phoenix juga mengakui sulit untuk tidak memiliki simpati pada seseorang yang mengalami trauma masa kanak-kanak.
Menurutnya, karakter Joker adalah seseorang dengan stimulasi otak yang terlalu bersemangat mencari dan merasakan bahaya di mana-mana.
Baca Juga: Film Joker masuk rating R, ini dampak psikologis jika ditonton anak-anak
Inilah yang menyebabkan tokoh Joker melakukan tindakan yang tak masuk akan dan tidak bisa dibenarkan. "Ada titik di mana dia melewati garis, di mana aku tidak lagi bisa bertahan di sisinya," ucap Phoenix.
Aktor watak ini mengatakan, ia berhasil mendalami tokoh Joker dengan penilaian dan belas kasih lebih daripada saat pertama kali membaca naskah.
Sehat mental
Bagaimanapun juga, kesehatan mental bukan masalah yang bisa kita remehkan karena berpengaruh kepada semua aspek dalam kehidupan. Bahkan, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Kita semua memiliki saat-saat ketika kita merasa sedih atau tertekan atau ketakutan. Seiring berjalannya waktu, perasaan tersebut bisa saja berlalu. Tetapi kadang-kadang hal itu bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan bisa terjadi pada salah satu dari kita.
Baca Juga: Joker raup penghasilan US$39,9 juta di hari kedua penayangan
Setiap orang memiliki kekuatan mental yang berbeda. Kita mungkin bisa bangkit dari permasalahan yang terjadi.
Sementara itu, beberapa orang mungkin perlu waktu yang lama untuk bangkit. Kesehatan mental kita bisa berubah seiring kita melalui berbagai tahap kehidupan. (Ariska Puspita Anggraini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hati-hati, Tawa Tak Terkontrol Seperti Joker Tanda Masalah Mental",
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News