kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Studi terbaru, inilah batasan daya tahan tubuh pasca sembuh dari corona


Kamis, 11 Februari 2021 / 05:05 WIB
Studi terbaru, inilah batasan daya tahan tubuh pasca sembuh dari corona


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Tubuh yang pernah terinfeksi virus corona memiliki daya tahan atau kekebalan terhadap Covid-19. Namun, eks pasien Covid-19 harus tetap menjalankan protokol kesehatan karena peluang terinfeksi kembali masih bisa terjadi.

Dilansir dari Healthline, sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Science menemukan bahwa memori sistem imunitas terhadap Covid-19 bisa bertahan selama delapan bulan. Dipaparkan oleh Shane Crotty, PhD, seorang profesor di La Jolla Institute of Immunology yang ikut memimpin penelitian, timnya menemukan daya tahan tubuh terhadap virus corona setelah mengukur keempat komponen memori imunitas yaitu antibodi, memori sel B. , sel T pembantu dan sel T pembunuh.

Keempatnya diobservasi bertahan di dalam tubuh, setidaknya selama 8 bulan setelah terinfeksi virus, bahkan pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan sekali pun.

Ini artinya, tubuh dapat "mengingat" virus SARS-CoV-2 dan jika bertemu virus yang sama lagi; sel B memori akan dapat dengan cepat bersiap dan memproduksi antibodi untuk melawan infeksi ulang.

Baca juga: Aturan perjalanan baru, hasil tes Covid-19 negatif bisa dilarang bepergian

Apakah kita menjadi kebal? Melihat hasil tersebut, tim peneliti yang dipimpin oleh Crotty pun menduga bahwa mereka yang telah pulih dari Covid-19 mungkin bisa terlindung dari infeksi ulang selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Namun, ini baru dugaan.

Seperti dikatakan oleh Dr. Steven Sperber, kepala sementara divisi penyakit menular di Hackensack University Medical Center, seperti dikutip dari Healthline, (11/1/2021), masih banyak yang tidak diketahui para ahli tentang SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Sebab, SARS-Cov-2 adalah jenis virus corona baru.

Beberapa pertanyaan yang perlu diselidiki lebih lanjut, di antaranya adalah apakah keberadaan antibodi menandakan kekebalan terhadap Covid-19, berapa lama kekebalan bertahan bila demikian dan apakah mengukur antibodi merupakan cara terbaik untuk mengukur kekebalan.

Sperber pun menjelaskan bahwa hasil tes antibodi Covid-19 yang positif hanya menandakan bahwa Anda pernah terpapar penyakit ini sebelumnya. Dengan kata lain, untuk saat ini masih belum dapat dipastikan apakah memiliki antibodi positif berarti sudah kebal terhadap virus.

Pasalnya, dalam beberapa kasus, antibodi memang dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi ulang. Namun, ada juga kasus di mana antibodi tidak dapat mencegah sepenuhnya tetapi meringankan gejala atau malah tidak dapat melindungi sama sekali.

Selain itu, ada kemungkinan "positif palsu" di mana seseorang mungkin terpapar virus serupa yang juga terdeteksi oleh tes, tetapi tidak terlindungi dari virus corona baru. Lauren Rodda, PhD, rekan senior postdoctoral di bidang imunologi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, sependapat dengan Sperber.

"Kami tidak tahu pasti apakah orang-orang menjadi kebal terhadap infeksi ulang, karena belum cukup banyak penelitian yang dilakukan," ungkap Rodda.

“Ini akan membutuhkan pelacakan paparan (Covid-19) ulang terhadap sejumlah besar orang dan menentukan apakah mereka kemudian jatuh sakit,” lanjutnya.

Oleh sebab itu, Sperber pun menyarankan untuk tetap melaksanakan protokol pencegahan paparan virus corona, seperti menjaga jarak secara fisik dan memakai masker, sekalipun Anda telah pulih dari Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sembuh dari Covid-19, Apakah Tubuh Jadi Kebal Virus Corona?",


Penulis : Dea Syifa Ananda
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Zona merah corona 7 Februari 2021 turun, Jawa Tengah & Bali paling banyak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×