kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Studi baru, orang dengan golongan darah O punya risiko lebih rendah tertular corona


Sabtu, 28 November 2020 / 20:45 WIB
Studi baru, orang dengan golongan darah O punya risiko lebih rendah tertular corona


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebuah studi di Annals of Internal Medicine menyebutkan orang dengan golongan darah O atau Rh-negatif memiliki risiko lebih rendah tertular virus corona dibandingkan golongan darah lainnya. 

Dilansir dari Reuters, Sabtu (28/11), penelitian melibatkan 225.556 orang Kanada yang menjalani tes virus corona. Hasilnya, orang dengan golongan darah O berpotensi terkena virus corona dengan tingkat sedang hingga parah lebih rendah sebanyak 12% dari golongan darah lainnya. 

Selain itu, orang bergolongan darah O berpeluang lebih rendah 13% meninggal akibat Covid-19, ketimbang golongan darah lainnya. Peneliti menyebut orang dengan golongan darah Rh-negatif juga dinilai lebih terlindungi, apalagi jika mereka yang bergolongan darah O-negatif. 

Baca Juga: Tak ingin gula darah naik tinggi secara tiba-tiba? begini caranya

Penulis penelitian dari RS St Michael di Toronto, Kanada, Dr Joel Ray, mengatakan orang-orang dalam kelompok golongan darah O mungkin telah mengembangkan antibodi yang dapat mengenali beberapa aspek dari virus baru itu. 

"Studi kami selanjutnya secara khusus akan melihat antibodi yang ada pada golongan darah itu, dan apakah betul golongan darah O memiliki efek perlindungan atau tidak," ujar Ray. 

Saat ini, para peneliti masih membuktikan bagaimana golongan darah O dapat berpengaruh pada pencegahan atau pengobatan Covid-19. 

Baca Juga: Anies copot wali kota Jakarta Pusat terkait kerumunan Rizieq Shihab

Vitamin D 

Kekurangan vitamin D seringkali dikaitkan dengan infeksi Covid-19 tingkat parah. Vitamin D kemudian disebut dapat memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona. 

Namun, seorang dokter di Brasil menyatakan peningkatan kadar vitamin D pada pasien yang sakit kritis tidak mempercepat penyembuhan pasien di rumah sakit. Hal tersebut juga disebutnya tidak menurunkan kemungkinan agar pasien tidak dirawat di ICU hingga pada kematian. 

Dalam sebuah makalah yang di-posting di medRxiv, sebelum tinjauan sejawat, sebanyak 240 pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 parah secara acak diberikan vitamin D3 dosis tinggi maupun plasebo. 

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Sabtu (28/11): Tambah 5.418 kasus, jangan lupa pakai masker

Tercatat 6,7% dalam kelompok vitamin D memiliki tingkat gizi "kurang", sementara sebanyak 51,5% pasien dalam kelompok plasebo.

Namun, berdasarkan penelitian, upaya pemberian vitamin D tersebut disebut tidak menunjukkan hasil. Hal yang sama juga terjadi ketika para peneliti berfokus pada 116 pasien dengan kekurangan vitamin D sebelum perawatan. 

Para penulis mengatakan suplementasi vitamin D tidak efektif untuk mengurangi lama perawatan di rumah sakit atau hasil klinis lainnya di antara pasien rawat inap dengan Covid-19 yang parah. (Retia Kartika Dewi)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Terbaru Covid-19 Terkait Golongan Darah O dan Vitamin D"

Selanjutnya: Wiku Adisasmito pastikan persiapan vaksin untuk penanganan Covid-19 berjalan baik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×