kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Cara Mencegah Stunting Pada Anak


Jumat, 08 April 2022 / 08:00 WIB
Simak Cara Mencegah Stunting Pada Anak


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stunting atau masalah kekurangan gizi pada anak harus menjadi perhatian sejak dini. Terutama pada fase menyusui atau saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan memegang peranan penting dalam pencegahan stunting

Untuk itu, masyarakat harus lebih dulu mendapatkan pemahaman yang holistik sehingga stunting dapat dicegah dengan cara yang tepat. Salah satunya melalui cukupnya gizi ibu yang sedang dalam masa menyusui.

Guru Besar Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Sandra Fikawati mengatakan, ibu yang sedang dalam masa menyusui memerlukan makanan yang bergizi agar dapat memberikan gizi yang optimal kepada bayi melalui air susu ibu (ASI).  "Fase menyusui ini berperan penting dalam mencegah stunting pada anak mengingat sebanyak 23% bayi sudah terlahir stunted sehingga perlu upaya yang lebih keras pada saat menyusui guna mencegah kondisi ini berlanjut," kata Sandra, dalam keterangan resmi, Rabu (6/4). 

Fika melanjutkan, bahwa kebutuhan gizi ibu menyusui harus lebih banyak dari ibu hamil untuk mencapai 6 bulan ASI eksklusif dan bayinya tetap dalam kondisi baik. Pada saat ibu menyusui secara eksklusif, bayi itu bergantung sepenuhnya pada ibunya, sehingga pada masa ini perlu diperhatikan gizinya. 

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Indonesia, 7 April: Tambah 2.089 Kasus Baru, Meninggal 45

Apalagi saat ini di Indonesia, prevalensi ibu hamil yang menderita kurang energi kronis (KEK) dan anemia tinggi. Setelah bersalin, tidak ada waktu lagi bagi ibu untuk memperbaiki status gizinya kecuali dengan mengonsumsi makanan bergizi saat menyusui

Fika menyarankan agar fase ini menjadi perhatian pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan. Sebagaimana diketahui bahwa Kementerian Kesehatan memiliki program khusus dalam rangka pencegahan stunting yang dinamakan Intervensi Gizi Spesifik. 

Dalam program Intervensi Gizi Spesifik terdapat sembilan upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting pada saat sebelum bayi lahir dan setelah lahir. Hanya saja menurut Fika, perlu ditambahkan upaya pemberian asupan gizi yang optimal bagi ibu menyusui agar tidak kecolongan menjadi stunting di saat mendapat ASI eksklusif 6 bulan. 

“Berdasarkan data sebanyak 23% bayi ketika lahir sudah dalam kondisi stunted, itu berarti dia harusnya mengejar ketinggalan karena sudah terlahir stunting. Maka ketika si ibu menyusui harus memberikan gizi yang memadai kepada si bayi, ibu membutuhkan protein dan gizi yang cukup pula untuk dirinya," terangnya. 

Jadi, menurut Fika, ada yang luput dalam program Kemenkes karena tidak memperhatikan pada fase menyusui. Di sisi lain, ia mengapresiasi program Kementerian Kesehatan dalam upaya pencegahan stunting seperti di antaranya pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri dan pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta. 

Baca Juga: Begini Aturan Konsumsi Okra untuk Menurunkan Gula darah pada Penderita Diabetes

Hanya saja, dibutuhkan poin tambahan pada fase menyusui agar program tersebut lebih komprehensif. Fika juga menyarankan agar pemerintah memberikan subsidi untuk memudahkan akses masyarakat terhadap makanan yang mengandung protein hewani.

“Saya juga menyarankan agar pemerintah mensubsidi protein hewani, termasuk di dalamnya susu buat anak-anak. Protein hewani berbentuk susu ini sangat penting bagi pertumbuhan anak," ungkapnya. 

Selain mengandung insulin like growth factor (IGF-1) yang berperan penting dalam pertumbuhan tinggi badan, susu juga mudah disajikan, praktis disiapkan, dan merupakan makanan alami yang disukai anak. 

"Harga protein hewani di negara maju relatif sangat murah dibandingkan di Indonesia. Tanpa adanya subsidi ini maka akan sulit mencegah stunting,” lanjutnya. 

Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan persoalan ini harus diatasi secara serius karena sekitar 2% hingga 3% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hilang per tahun akibat stunting

Hal ini disebabkan stunting juga berisiko menurunkan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Hasto menyebutkan salah satu penyebab utama stunting yaitu kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang.

“Penyebab utamanya itu asupan gizi yang kurang secara kronis terus menerus dan jangka panjang, (ibunya) sering sakit-sakitan, dan (pola) asuhannya tidak baik. Ibu hamil yang tidak sehat, anemia, kekurangan vitamin D, kekurangan asam folat itu peluang anaknya stunting jadi lebih besar. 

Begitu juga ibu hamil yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, terlalu banyak anaknya, ini juga menjadikan faktor stunting. Untuk mengatasinya, BKKBN merencanakan program konvergensi yang memungkinkan sinergisitas antar kementerian dan lembaga terkait. 

BKKBN mengerahkan namanya konvergensi yang melibatkan Kementerian dan Lembaga terkait. Misalnya Kementerian PUPR memperbaiki sanitasi, Kementerian Pertanian menyediakan pangan, Kementerian Kesehatan memfasilitasi penelitian dan pelayanan, dan lainnya. 

Di samping kolaborasi antar kementerian dan lembaga pemerintah, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat terkait kebutuhan nutrisi bayi melalui ketercukupan gizi ibu juga perlu digalakkan demi tercapainya generasi bangsa yang berkualitas dan berdaya saing. 

"Terlebih pemerintah telah mentargetkan akan memastikan layanan dasar bidang kesehatan yang dapat menurunkan prevalensi stunting melalui Rancangan Kerja 2022," terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×