kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Seperti ini perbedaan di antara EUL dan EUA untuk vaksin Covid-19


Minggu, 18 April 2021 / 19:33 WIB
Seperti ini perbedaan di antara EUL dan EUA untuk vaksin Covid-19
ILUSTRASI. Inna Wati yang berusia 102 tahun mengikuti vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Poris Plawad, Kota Tangerang, Banten, Minggu (11/4/2021). . ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

Kendati memiliki persamaan pertimbangan dalam penerbitannya, EUL dan EUA punya perbedaan. Izin yang pertama diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO. Sedangkan EUA merupakan lisensi yang diberikan oleh badan pengawas obat dan makanan di masing-masing negara. Jadi, di Indonesia, penerbitan EUA merupakan kewenangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan alias (Badan POM)
 
Karena penerbitnya berbeda, maka kedua izin tersebut juga memiliki perbedaan peruntukan. EUA merupakan izin yang diperlukan vaksin untuk bisa digunakan di suatu negara. Ambil contoh, vaksin yang beredar di Indonesia tentu harus mendapat EUA dari Badan POM.

Tiga vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan di Indonesia, yaitu vaksin buatan Sinovac, Biofarma juga AstraZeneca sudah mendapatkan EUA dari Badan POM. Mengutip keterangan di situs Badan POM, vaksin Sinovac mengantongi EUA pada 11 Januari, sedang vaksin buatan Biofarma yang menggunakan bahan baku dari Sinovac pada 16 Februari. EUA terakhir yang diterbitkan Badan POM, pada 22 Februari, adalah untuk vaksin AstraZeneca.

Baca Juga: Sri Mulyani pastikan pemerintah tetap hadir bantu UMKM terdampak pandemi

Sedang EUL yang diterbitkan WHO merupakan prasyarat untuk vaksin yang ingin didistribusikan melalui platform Covax. EUL juga bisa menjadi pedoman bagi suatu negara dalam mempertimbangkan penerbitan EUA. 

Mengutip keterangan di situs resmi WHO, EUL saat ini sudah diterbitkan untuk vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca. Menurut publikasi tersebut, WHO saat ini masih memproses EUL untuk vaksin buatan Sinopharm, Sinovac dan Moderna.

Satgas Covid-19 juga menjelaskan alasan munculnya kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI). Kejadian itu tidak lepas dari kenyataan bahwa vaksin Covid-19 merupakan produk farmasi yang tergolong baru dan dikembangkan melalui waktu yang relatif singkat. 

"Namun sekali lagi saya tekankan, kemunculan tersebut tidak signifikan jumlahnya dan terjadi hanya pada beberapa orang dengan kondisi kesehatan khusus. Vaksin diperuntukkan bagi masyarakat dalam keadaan sehat. Karenanya masyarakat tidak perlu kahwatir," ujar Wiku.

Tentu, selain siap untuk divaksin, masyarakat juga perlu tetap disiplin dalam melakukan protokol kesehatan. Baik vaksinasi maupun pelaksanaan protokol kesehatan perlu dilakukan untuk memutus mata rantai virus corona.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Menkes Budi Gunadi: Perebutan vaksin corona di global makin sengit, ini sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×