kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sekolah tatap muka sudah dimulai, begini tips orang tua pada anak belum vaksin


Senin, 08 November 2021 / 05:25 WIB
Sekolah tatap muka sudah dimulai, begini tips orang tua pada anak belum vaksin


Reporter: Avanty Nurdiana, Bidara Pink, Dina Mirayanti Hutauruk, Filemon Agung | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak-anak di usia sekolah dasar (SD) sudah mulai pembelajaran tatap muka setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Padahal anak usia 6 hingga 11 tahun belum mendapatkan vaksin. Pada 2 November 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin Covid-19 pada anak usia 6 tahun ke atas. 

Penggunaaan vaksin Coronavac produksi Sinovac juga sudah mendapat izin untuk diberikan kepada anak usia 6-11 tahun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). IDAI menilai pemberian vaksin penting lantaran anak dapat tertular atau menularkan virus corona dari dan ke orang dewasa sekitar. 

Baca Juga: Semua SD di Kota Tangerang gelar pembelajaran tatap muka pada Senin (8/11)

Rekomendasi pemberian vaksin Covid-19 oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia sebagai berikut: 
1. Vaksin Coronovac diberikan secara intramuskular dengan dosis 3ug (0,5 ml) sebanyak dua kali pemberian dengan jarak dosis pertama ke dosis kedua yaitu empat minggu 
2. Pemberian imunisasi Coconavac pada anak usia enam tahun ke atas
3. Sebelum dan sesudah vaksinasi semua anak tetap memakai masker dengan benar, menjaga jarak, tidak berkerumun, jangan bepergian bila tidak penting
4. Pelaksanaan imunisasi mengikuti kebijakan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan dapat dimulai setelah mempertimbangkan kesiapan petugas kesehatan, sarana, prasarana dan masyarakat
5. Semua anggota IDAI dihimbau untuk melakukan imunisasi kejar dan imunisasi rutin untuk mencegah kejadian luar biasa penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi selain membantu meningkatkan cakupan imunisasi COVID-19 pada anak
6. Semua anggota IDAI harap mengikuti panduan pelaporan imunisasi dan pemantauan setelahnya yang sudah dikeluarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Vaksin sebaiknya tidak diberikan atau kontraindikasi:
a. Defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol*
b. Penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute emyelinating encephalomyelitis.
c. Anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi* 
d. Sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat.
e. Demam 37,50 C atau lebih.
f. Sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan.
g. Pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan.
h. Hamil
i. Hipertensi tidak terkendali.
j. Diabetes melitus tidak terkendali.
k. Penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali*

Baca Juga: Hindari penyebaran Covid-19 varian Delta dengan surveillance genomic

* Imunisasi untuk anak dengan kanker dalam fase pemeliharaan, penyakit kronis atau autoimun yang terkontrol dapat mengikuti panduan imunisasi umum dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter penanggung jawab pasien sebelumnya. 

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia 

Rekomendasi tersebut baru diberikan pada 2 November sementara anak telah bersekolah tatap muka sejak kasus Covid-19 melandai pada September. Tak heran beberapa orang tua murid merasa khawatir. Namun mereka sepertinya memiliki kiat tersendiri untuk menjaga sang buah hati. 

Dibekali Pengetahuan Prokes 

Salah satu orang tua murid bernama Niken Wahyu, yang memiliki putra berusia 10 tahun yang tidak memungkiri dirinya cukup khawatir dengan kebijakan pembelajaran tatap muka. 

Tapi wanita berusia 37 tahun ini selalu memastikan anaknya paham akan protokol kesehatan (prokes). "Was-was juga, tapi saya selalu memberi pemahaman tentang protokol kesehatan dan membekali hand sanitizer," kata dia. 

Baca Juga: Kembangkan pil Covid yang dapat tekan kematian hingga 89%, saham Pfizer melonjak

Seorang tenaga pendidik SD Hati Kudus yakni Noldi Lasterman mengaku sebelum pertemuan tatap muka (PTM) dimulai, sekolah  memastikan selalu menerapkan protokol kesehatan dan edukasi secara rutin kepada para wali kelas. SD Hati Kudus juga memberi konten edukasi melalui media sosial resmi sekolah. 

"Beberapa guru memberikan tugas membuat video simulasi tentang prokes PTM baik dan benar," terang pria berusia 26 tahun ini, Minggu (7/11). Noldi melanjutkan, pelaksanaan PTM pun juga telah melalui serangkaian proses guna memastikan kesiapan sekolah.

Bahkan orangtua murid yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM juga tidak dipaksa untuk ikut. "Peserta didik yang mengikuti PTM harus mendapat surat izin dari orangtua dan bagi anak murid yang sakit diharapkan tidak mengikuti kegiatan PTM sampai sehat," kata Noldi.

Vitamin Menjaga Daya Tahan

Orangtua murid mau tidak mau harus melepas sang anak untuk sekolah tatap muka. Karena itu agar anak terhindar dari paparan virus Covid-19. Pembekalan akan pengetahuan protokol kesehatan sangat penting. Orangtua murid juga memberi tambahan vitamin agar daya tahan tubuh lebih bagus. 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan selalu memastikan anak untuk mematuhi protokol kesehatan di sekolah dan hingga kembali lagi ke rumah. Trioksa bilang juga ada koordinasi dengan guru untuk memantau secara ketat. "Sementara untuk pulang pergi sekolah, antar jemput anak harus dilakukan oleh keluarga inti yang sudah dikenal," kata dia. 

Selain itu, gizi makanan serta vitamin anak juga harus ditingkatkan. Menurut dia, anak perlu diberikan multivitamin secara rutin sesuai dosisnya untuk meningkatkan imun tubuh. 

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Tembus 200 Juta Dosis

Nuke Septia, orang tua murid kelas 5 SD, juga meminta anaknya sesampai di rumah, wajib melepaskan semua pakaian, menaruhnya ke keranjang cucian, dan mandi untuk mencegah membawa virus ke dalam rumah. Selain itu, Nuke selalu memberikan vitamin untuk menunjang daya tahan tubuh anaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×