Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - Penelitian baru American Cancer Society (ACS) menunjukkan sekitar 30% orang meninggal setelah sebulan sebelumnya didiagnosa mengidap kanker yang tidak dapat disembuhkan atau menyebar (metastasis).
Para penderita kanker telah menjalani perawatan agresif yang diperkirakan tidak efektif untuk menyembuhkan.
Dikutip dari ACS, perawatan agresif adalah operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi hormon. Para peneliti menyarankan untuk melakukan lebih banyak penelitian. Tujuannya, mereka dapat lebih mengidentifikasi pasien kanker yang tidak mendapatkan manfaat dari perawatan (dilakukan).
Baca Juga: Satu dari tiga survivor kanker mengalami nyeri
Helmneh M, Sineshaw, Principal Scientist ACS mengatakan membuat rencana perawatan untuk pasien dengan kondisi kanker yang telah menyebar cukup sulit. "Di sini tidak mempunyai banyak penelitian tentang perbedaan cara merawat pasien yang akan meninggal setelah didiagnosis," tambahnya.
Para peneliti ACS bermaksud mengisi perbedaan pengetahuan ini dengan penelitian yang telah dipublikasikan pada April 15, 2019 dalam JNCI Cancer Spectrum.
Mereka mempelajari pola perawatan 100.848 orang (dewasa) yang meninggal setelah satu bulan didiagnosa terkena kanker paru-paru, usus, payudara, dan kanker pankreas yang telah menyebar.
Sekedar info, Sineshaw memimpin tim peneliti dari ACS, Dana-Farber Cancer Institute Boston, Baptist Cancer Center, Memphis, dan Mayo Clinic College of Medicine, Rochester.
Baca Juga: Sastrawan Arswendo meninggal setelah berjuang lawan kanker prostat, kenali gejalanya
Sineshaw menjelaskan umumnya perawatan yang diberikan kepada pasien kanker dengan perkiraan umur pendek adalah untuk meringankan rasa sakit
dan meningkatkan kualitas hidup, bukan perawatan langsung ke kanker.
Para peneliti menemukan sekitar 72,6% pasien tidak mendapatkan perawatan aktif. Tapi sekitar 30% pasien mendapatkan perawatan agresif.
Kebanyakan pasien yang menjalani perawatan agresif adalah penderita kanker usus (37,2%), kanker payudara (34,9%), kanker paru-paru (29%), dan kanker pankreas (29%). Pasien yang menjalani perawatan bermacam-macam berdasarkan umur, asuransi kesehatan, dan tipe fasilitas perawatan.
Baca Juga: Kanker menjadi penyakit mematikan kedua di Amerika Serikat
"Kami melihat ada perbedaan dalam perawatan yakni ada beberapa perawatan yang sesuai dan beberapa yang tidak tepat," kata Sineshaw.
Bila perawatan yang diterima pasien tidak tepat juga membutuhkan lebih banyak lagi penelitian.
Satu hal yang pasti adalah menggunakan perawatan (kanker) terus menurun dalam waktu 10 tahun penelitian.
Sineshaw mengatakan hasil tersebut menjelaskan bila tim ahli kesehatan dan pasien serta keluargalebih baik mengevaluasi kualitas hidup daripada panjang umur dan peduli manfaat daripada biaya untuk perawatan.
Baca Juga: Duduk terlalu lama meningkatkan risiko terkena kanker & serangan jantung
Para peneliti menggunakan data dari National Cancer Data Base (NCDB) dan didukung oleh ACS serta American College of Surgeons. Data tidak termasuk poin yang mempengaruhi keputusan pengobatan.
"Kami tahu, keputusan pengobatan dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dokter juga dapat memperkirakan waktu kehidupan pasien yang mengidap kanker (tidak dapat disembuhkan), " tambah Sineshaw.
Penelitian lain menunjukkan bahwa hal ini tidak selalu terjadi kepada pasien yang salah mengira perawatan dapat mengobati kanker mereka.
Baca Juga: Ini olahraga yang dianjurkan untuk pasien kanker
Penelitian ini memberikan wawasan kepada para peneliti tentang perawatan pasien dalam sebulan antara menjadi kanker tidak dapat disembuhkan dan meninggal dunia.
"Tapi data kami tidak mengizinkan untuk membandingkan pansien yang dapat hidup lama dengan menjalani perawatan. Kami juga tidak mendapatkan informasi tentang menggunakan perawatan paliatif," kata Sineshaw.
Para peneliti butuh lebih banyak penelitian untuk mengerti bagaimana memperkirakan batas usia pasien dalam populasi yang unik. Sehingga, mereka dapat menghasilkan panduan perawatan yang lebih baik.
Baca Juga: Ada 13 jenis kanker paling umum, bisa deteksi sejak dini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News