Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah kondisi refluk isi lambung ke dalam esophagus. Kondisi ini menyebabkan gejala dan kerusakan jaringan esophagus berupa esophagitis, striktur esophagus dan barrett’s esophagus.
Mengutip laman Kemdikbud.go.id, GERD atau asam lambung akut terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan yang dapat mengiritasi lapisan esophagus.
GERD ini bersifat kronis dan biasanya terjadi lebih dari 2 kali setiap minggunya serta terjadi secara tiba-tiba.
Setiap orang pernah mengalami kenaikan asam lambung. Saat asam lambung meningkat, jaringan di sepanjang dinding kerongkongan akan teriritasi oleh asam lambung. Inilah yang menyebabkan sensasi panas atau nyeri di dada atau biasa disebut juga dengan istilah heartburn.
Menurut dr.Yuliani Herawati dari RSA UGM seperti yang dilansir dari laman Kemdikbud.go.id, GERD disebabkan karena kelemahan atau kegagalan relaksasi dari Lower Esophageal Sphincter (LES) atau otot yang berbentuk cincin yang bertugas mengatur proses buka-tutup pintu/klep saluran kerongkongan yang menghubungkan esophagus bawah dengan lambung, klep ini normalnya akan menutup saluran kerongkongan setelah makanan turun ke lambung, bila otot ini lemah klep ini akan tetap terbuka sehingga asam lambung akan naik kembali ke kerongkongan.
Baca Juga: Cara Mengatasi Nyeri Punggung Akibat Asam Lambung Tinggi
Penyebab asam lambung
Kelemahan sfingter ini bisa terjadi dengan sendirinya pada wanita hamil atau obesitas. Selain itu, mengkonsumsi makanan dan minuman seperti kopi, alkohol, cokelat, makanan yang digoreng, dan saus tomat bisa memicu meningkatnya asam lambung.
Bahkan makan porsi banyak 3 jam menjelang tidur dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti aspirin juga bisa menyebabkan meningkatnya asam lambung.
dr. Yuliani juga menyebutkan faktor resiko yang bisa terkena GERD. Di antaranya wanita hamil, Obesitas, orang dengan sindrom hernia perut, orang lanjut usia, orang dengan Diabetes mellitus, dan orang yang merokok dengan mengonsumsi alkohol dan kopi.
Baca Juga: 5 Manfaat Minum Air Putih di Pagi Hari, Bisa Menurunkan Berat Badan
Rasa cemas dan GERD
Mengutip laman Kemkes.go.id, kecemasan adalah reaksi normal manusia akibat rangsangan dari lingkungan yang terus menerus, maka untuk mempertahankan diri maka manusia akan bereaksi melawan atau melarikan diri.
Secara alamiah, rasa cemas akan mereda kembali. Dikatakan abnormal bila kecemasan menetap dalam waktu yang lama, tidak mereda atau sangat tinggi intensitasnya, berulang dan dapat menyebabkan penyakit fisik (misal: GERD).
Adanya hubungan antara, stress dan emosi yang dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan, gejala dan penyakit saluran pencernaan. Demikian juga dengan keadaan organ saluran cerna yang dapat mempengaruhi status emosional seseorang. Faktor psikologis dapat memperburuk gejala GERD, menyulitkan dan memperburuk hasil pengobatan, dan mengganggu kualitas hidup pasien.
Gangguan fisik (GERD) dapat mempengaruhi gangguan jiwa (cemas), begitu juga sebaliknya gangguan jiwa (cemas) dapat mempengaruhi atau memunculkan gangguan fisik (GERD).
Baca Juga: Berita Baik untuk Penderita Gout, Ini Vitamin & Suplemen yang Bikin Asam Urat Kabur
Ciri-ciri penting adanya kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan disertai dengan ketegangan motorik atau kegelisahan. Kecemasan berlebihan dapat mengganggu aspek lain dari kehidupan seseorang.
Pola ini harus terjadi lebih banyak setidaknya selama 3 bulan. Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai kegoyahan, kegelisahan, dan sakit kepala.
Hanya sepertiga dari pasien yang memiliki kecemasan dan GERD mencari pengobatan psikiatri. Banyak yang pergi ke dokter umum, internis atau ahli gastroenterologi, mencari pengobatan untuk komponen somatik dari gangguan tersebut.
Karena tingginya insiden gangguan mental komorbid pada pasien dengan kecemasan, perjalanan klinis dan prognosis gangguan tersebut sulit untuk diprediksi.
Baca Juga: 3 Air Rebusan Daun Ini Bisa Bikin Asam Lambung Kabur, Apa Saja?
Faktor-faktor yang sering terkena cemas dan GERD
Berikut adalah beberapa faktor yang sering terkena cemas dan GERD:
1. Jenis kelamin perempuan lebih banyak terkena dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
2. Basal Mass Index (BMI) tinggi (obesitas) dan perokok aktif
3. Riwayat Minum alkohol
4. Status Perkawinan: Janda atau Duda lebih banyak terkena dibandingkan yang masih menikah
5. Tidak berolah raga rutin
Baca Juga: Diet Ini Efektif Mengatasi Asam Lambung Tinggi
Pengobatan rasa cemas dan GERD
Berdasarkan informasi di laman Kemkes.go.id, pengobatan yang paling efektif untuk kecemasan dan GERD adalah pengobatan yang menggabungkan pendekatan psikoterapi, farmakoterapi, dan suportif.
Perawatan mungkin memerlukan waktu yang lama bagi dokter yang terlibat, baik dokter tersebut adalah psikiater, praktisi keluarga, atau spesialis lainnya.
Pendekatan kognitif membantu pasien menyampaikan sendiri terjadi gangguan konsentrasi secara langsung, dan pendekatan perilaku menangani gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan dalam pendekatan perilaku adalah relaksasi dan meditasi. Beberapa data awal menunjukkan bahwa kombinasi pendekatan kognitif dan perilaku lebih efektif daripada teknik yang digunakan secara tersendiri.
Terapi suportif memberi kenyamanan dan percaya diri pasien, meskipun kemanjuran jangka panjangnya diragukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News