kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pentingnya membaca label kemasan untuk mencegah obesitas


Jumat, 05 Maret 2021 / 12:50 WIB
Pentingnya membaca label kemasan untuk mencegah obesitas
ILUSTRASI. Sebelum membeli atau mengonsumsi pangan olahan, ada baiknya perhatikan label kemasan yang berisi informasi nilai gizi.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obesitas menjadi salah satu permasalahan gizi di Tanah Air yang perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan data Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa mencapai 21,8%. Angka tersebut meningkat 14,8%.

Selain obesitas, prevalensi orang dewasa yang mengalami berat badan berlebih juga mengalami peningkatan menjadi 13,6%. Padahal obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti serangan jantung, stroke, diabetes, dan kanker.

Di sisi lain, kondisi pandemi saat ini menjadi tantangan tersendiri. Angka obesitas bisa meningkat karena adanya kebiasaan baru. Misalnya kebijakan kerja dari rumah atau work from home (WFH) yang membuat sejumlah orang menjadi lebih sering berada di depan gadget dibanding bergerak.

Belum lagi kebiasaan memesan makanan secara online. Hal ini membuat konsumsi makanan, terutama makanan siap saji dan pangan olahan meningkat.

Baca Juga: Pemerintah diminta tegas menindak produsen makanan yang gunakan label no palm oil

"Pola hidup seperti itu dapat meningkatkan risiko obesitas. Padahal, obesitas terkait dengan tingkat keparahan Covid-19." Demikian kata Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI DR. Dhian Dipo, MA dalam workshop Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas yang diselenggarakan Nutrifood, Kamis (4/3).

Kendati demikian, tetap ada cara untuk mencegah terjadinya obesitas di tengah pandemi yakni kesadaran masyarakat untuk mulai menerapkan gaya hidup sehat. Pola hidup sehat dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh.

Ini tentunya berpengaruh terhadap perlindungan diri agar terhindar dari Covid-19. Salah satu langkah untuk memulai gaya hidup sehat adalah menerapkan pola makan gizi seimbang. Caranya dengan mengonsumsi aneka ragam makanan dari sumber pangan lokal sesuai panduan 'Isi Piringku'.

Menurut panduan tersebut, dalam sekali makan, piring harus berisi setengah porsi sayuran dan buah serta setengahnya lagi makanan pokok dan lauk-pauk. Porsi sayur harus lebih banyak dibanding buah.

Baca Juga: Hati-hati, 7 minuman ini bisa berakibat buruk bagi tubuh

Demikian juga dengan porsi makanan pokok yang lebih banyak dibanding lauk-pauk. Tak hanya itu, asupan gula, garam, dan lemak juga harus diperhatikan.

Idealnya dalam sehari konsumsi gula tidak lebih dari 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan. Kemudian untuk garam, konsumsi dalam sehari sebanyak sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh. Lalu untuk lemak total batas konsumsinya adalah 67 gram atau 5 sendok makan sehari.

Selain pangan lokal, mengonsumsi pangan olahan juga diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Namun jangan terlalu sering. Lalu, sebelum membeli atau mengonsumsi pangan olahan, ada baiknya memerhatikan label kemasan.

Label kemasan berisi informasi nilai gizi dalam kemasan. Informasi menyangkut jumlah sajian per kemasan, total energi per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat termasuk gula), dan proporsi angka kecukupan gizi (AKG). Jumlah sajian yang dikonsumsi dari makanan kemasan memengaruhi jumlah kalori dan dan asupan zat gizi harian.

Baca Juga: Begini cara mengatasi kecanduan gula demi tubuh yang sehat

Ambil contoh dalam label tertulis sajian per kemasan adalah 5 maka makanan tersebut bisa dikonsumsi 5 kali atau untuk 5 orang. Kemudian tertulis pula informasi gizi per sajian seperti energi total.

Apabila tertulis energi total atau kalori per saji (20 g) adalah 110 kkal, maka keseluruhan kalori dalam kemasan tersebut adalah 550 kalori. Jumlah itu didapat dari 110 kkal dikali 5 (sajian per kemasan). Jika satu kemasan dimakan oleh satu orang, maka orang telah memenuhi 550 kkal dari jumlah kalori harian yang dibutuhkan tubuh.

Selain itu, label kemasan juga memuat informasi kandungan gula, garam, lemak, dan gizi mikro yang penting untuk kesehatan seperti vitamin, kalsium, zat besi, dan sebagainya. Di samping informasi kandungan gizi, terdapat persentase AKG yang menunjukkan jumlah zat gizi per saji dibandingkan acuan label gizi.

Persentase AKG biasanya berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal. Contoh tulisan kandungan lemak sebesar 6 gram lalu proporsi AKG adalah 9%. Artinya kandungan lemak total di dalam kemasan memenuhi 9% dari kebutuhan AKG harian.

Baca Juga: Cara mencegah virus corona masuk ke dalam rumah

Dengan membaca label kemasan, masyarakat dapat menghitung kandungan gizi yang dikonsumsinya. Ini membantu masyarakat mengetahui apakah gizi dari makanan kemasan sudah memenuhi kebutuhan harian atau belum.

Label kemasan juga dapat membantu masyarakat agar tidak mengonsumsi kemasan secara berlebihan. "Membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan dapat mencegah terjadinya obesitas." Demikian kata Koordinator Kelompok Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP dalam acara yang sama.

Yusra menambahkan, membaca label kemasan akan membuat masyarakat lebih cerdas untuk memilih zat gizi yang harus dipenuhi dan dibatasi agar terhindar dari obesitas. Kendati demikian, mencegah obesitas belum cukup hanya dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, membatasi asupan gula, garam, dan lemak, serta membaca label kemasan.

Jangan lupa untuk rutin melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, istirahat yang cukup, dan mengelola stres.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pentingnya Baca Label Kemasan untuk Cegah Obesitas di Tengah Pandemi.
Penulis: Maria Adeline Tiara Putri
Editor: Wisnubrata

Baca Juga: Yuk, coba 4 makanan untuk diet terbaik ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×