Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020. Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).
3. Mutasi D614G terjadi di daerah motif ADE yang dapat meningkatkan masukya virus ke dalam sel
Dari pengamatan yang dilakukan Nidom dan tim, mutasi virus jenis D614G ada di daerah motif Antibody Dependent Enhancement (ADE).
Baca Juga: Industri farmasi dalam negeri siapkan rantai dingin distribusi vaksin corona
"Yang menjadi pertanyaan tim PNF saat ini, kenapa mutasi itu terjadi pada daerah motif ADE?" ujar Nidom.
ADE merupakan desain atau sistem pertahanan dari sebuah virus ketika menjumpai sebuah antibodi di dalam host. "Jadi begini, ketika virus (corona) ini mengetahui ada antibodi di dalam tubuh seseorang, maka ADE ini berperan untuk menutup antibodi dan antibodi itu justru akan meningkatkan masuknya virus ke dalam sel," paparnya.
Baca Juga: WHO tak lagi ambisius soal program 'vaksin Covid-19 untuk semua', ini sebabnya
"Jadi antibodi malah diajak kolaborasi dengan virus (corona) itu (agar bisa masuk ke sel)." Nah, di dalam motif ADE tersebut ada jenis virus corona D614G itu tadi. "Sekarang sedang kami analisis ke mana arah virus kalau ada mutasi itu," ujarnya.
4. Paling dominan di dunia
Mutasi D614G merupakan jenis mutasi yang sangat umum ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Asia. Mutasi ini pertama kali dideteksi di Eropa pada bulan Februari. Sejak saat itu, jenis ini menyebar dengan cepat dan luas ke berbagai negara.