Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
Menurut dia, dampak Long Covid pada masyarakat dan ekonomi mulai menjadi jelas. Dan untuk alasan itu, "orang mulai mendengarkan" di luar komunitas medis.
"Meski tingkat penelitian terus meningkat, itu masih belum cukup," katanya, Selasa (9/2), seperti dilansir Channel News Asia.
Maria Van Kerkhove, Technical Lead WHO untuk Covid-19, bilang, organisasinya terus mempelajari Long Covid. "Kami tahu bahwa lebih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," katanya.
Hasil penelitian sejumlah peneliti China menunjukkan, enam bulan setelah terjangkit virus corona, penyintas Covid-19 masih mengalami gejala kelelahan atau kelemahan otot, kesulitan tidur, dan kecemasan atau depresi.
Baca Juga: WHO: Penurunan kasus sembunyikan peningkatan jumlah wabah varian yang lebih menular
Melansir jurnal The Lancet, mereka melakukan studi terhadap 2.469 pasien Covid-19 yang sudah sembuh dan pulang dari Rumahsakit Jin Yin-tan, Wuhan, China, antara 7 Januari dan 29 Mei 2020.
Tapi, saat melakukan studi lanjut dari 16 Juni hingga 3 September 2020, hanya 1.733 penyintas Covid-19 yang ikut serta. Yang lain tidak ikut dengan berbagai alasan.
Hasilnya, 63% pasien masih mengalami kelelahan atau kelemahan otot, 26% kesulitan tidur, dan 23% kecemasan atau depresi. Ketiga gelaja virus corona ini menjadi gejala yang paling umum penyintas Covid-19 alami.
Sementara pasien Covid-19 dengan penyakit yang lebih parah selama menjalani perawatan di rumahsakit mengalami peningkatan kapasitas difusi paru dan manifestasi pencitraan dada yang abnormal.
"Dan, ini adalah pasien yang merupakan populasi target utama untuk intervensi pemulihan jangka panjang," kata para peneliti.
Selanjutnya: WHO mencatat 25 gejala virus corona baru, apa saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News