kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenal disentri pada anak, gejala, pencegahan, dan pengobatannya


Senin, 14 Desember 2020 / 16:19 WIB
Mengenal disentri pada anak, gejala, pencegahan, dan pengobatannya


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Disentri adalah kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri.

Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan mayoritas bakteri Shigella dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering disentri pada anak. 

Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai disentri amuba.  Dirangkum dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala disentri pada anak biasanya adalah diare berdarah, demam, nyeri perut terutama menjelang buang air besar. 

Selain itu, pada pemeriksaan tinja rutin juga ditemukan jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan tinja dapat dijumpai kuman penyebab.

Namun, nyeri perut saat buang air besar seringkali tidak terlihat pada anak yang usianya lebih muda karena mereka umumnya belum dapat menggambarkan keluhan tersebut.

Baca Juga: Selain melawan kanker, ini manfaat buah sirsak

Penyebaran dan pencegahan disentri 

Infeksi menyebar melalui tangan, makanan maupun air yang terkontaminasi, dan biasanya terjadi pada daerah dengan kebersihan perorangan yang buruk. 

Jumlah Shigella yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit sangat kecil. Sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri.

Pencegahan disentri dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, melalui kebersihan diri dan lingkungan. 

Kebersihan diri dimulai dengan mencuci tangan anak, pengasuh, dan orangtua menggunakan sabun untuk membunuh kuman. 

Baca Juga: 6 Manfaat buah sirsak ini tidak boleh Anda lewatkan

Pengobatan disentri pada anak

Anak dengan disentri bisa mengalami dehidrasi, terlebih bila tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar melalui diare. 

Anak dengan disentri sebaiknya diberi minum yang cukup, terutama bila mereka mengalami demam. Infus diberikan bila anak mengalami dehidrasi berat atau sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan. 

Selama anak masih mau minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu diberikan. Makanan yang diberikan hendaknya dalam porsi sedikit namun sering. 

Pilih makanan kaya energi dan zat gizi yang disukai anak. Berikan pula satu kali makanan tambahan setiap hari dengan menu yang sama setidaknya selama 1 minggu setelah diare berhenti. 

Baca Juga: Banyak membawa bakteri, ini 5 cara ampuh mengusir kecoa di dalam rumah

Pemberian ASI sangat dianjurkan pada bayi yang mengalami disentri. Disentri biasanya juga diobati dengan pemberian antibiotik. 

Selain itu, anak harus dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan, antara lain tidak ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja berkurang dengan jumlah darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya selera makan. 

Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotik. 

Bila kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja. Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada anak dengan gizi kurang.

Selanjutnya: Bisa turunkan berat badan, inilah manfaat daun jambu biji untuk kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×