Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 pasien virus corona di Wuhan dan Shenzhen. Empat hari usai mendapat obat tersebut, para pasien Covid-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif.
Meski begitu, setengah pasien yang dites memperlihatkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat Avigan. Ahli melihat, pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca menjalani perawatan.
Baca Juga: Temuan Australia, begini cara sistem kekebalan tubuh memerangi virus corona
Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan, ada perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak.
Pada pasien yang mengonsumsi Avigan tampak kondisi paru-paru meningkat 91%. Sedang yang tidak mengonsumsi Avigan, kualitas paru-paru meningkat hanya 62%.
Dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari.
Di Jepang, Avigan memang diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang. Ahli menemukan, obat ini kurang efektif jika diberikan ke pasien dengan gejala berat.
Baca Juga: Waspada! Peneliti menemukan, virus corona bisa tahan berhari-hari di permukaan benda
“Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien,” tutur sumber Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun.
Klorokuin
Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate. Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga menjadi obat bagi pasien malaria.