kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,25   -3,11   -0.33%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mari mengenal dua jenis vaksin Covid-19 yang sekarang digunakan di negeri ini


Minggu, 16 Mei 2021 / 00:56 WIB
Mari mengenal dua jenis vaksin Covid-19 yang sekarang digunakan di negeri ini
ILUSTRASI. Petugas kesehatan mengambil vaksin COVID-19 AstraZeneca sebelum disuntikkan di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bermaksud mempercepat pelaksanaan program vaksinasi. Maklumlah, jalan yang harus ditempuh negeri ini untuk mencapai kekebalan kelompok masih jauh. Hingga sehari sebelum perayaan Idul Fitri, atau 12 Mei 2021, baru 22,5 juta dosis vaksin yang telah disuntikkan.

Perinciannya, sebanyak 13,6 juta suntikan untuk mereka yang menerima vaksin dosis pertama. Lalu, sebanyak 8,9 dosis lagi untuk suntikan kedua. Padahal, target herd immunity yang dipasang pemerintah adalah 181,5 juta orang.

 “Perjalanan masih panjang. Yang sudah dosis lengkap efek proteksinya baru 8,8 juta. Artinya, baru 5% dari total sasaran kami,” ujar Siti Nadia Tarmizi, jurubicara vaksinasi Covid-19, dalam konferensi pers virtual Kementerian Kesehatan, Rabu (12/5), seperti dikutip kontan.co.id.

Niat pemerintah untuk mempercepat program vaksinasi terbuka dengan mengalirnya pasokan vaksin Covid-19. Pada 8 Mei silam, Indonesia menerima pasokan 1.389.600 vaksin Covid-19 AstraZeneca. Merujuk ke informasi yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19 di situs resminya, ini merupakan pasokan ketiga melalui skema Covax.

Baca Juga: Harga Vaksin Gotong Royong di bawah Rp 1 juta per orang

Sebelumnya, Indonesia sudah menerima lebih dari 70 juta dosis vaksin, yang datang dalam 11 tahap. Mengutip keterangan Satgas Covid-19, pasokan vaksin yang sudah diamankan Indonesia itu terdiri dari 65,5 juta dosis dalam bentuk bulk dari SInovac untuk diolah di Biofarma. Indonesia juga menerima 8.948.000 dosis siap pakai dari Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm.

Pasokan vaksin yang diterima Indonesia sangat mungkin bertambah. Kemungkinan ini sejalan dengan rencana vaksinasi skema gotong royong yang akan digulirkan pemerintah akhir bulan ini juga. Sesuai rapat terbatas di Istana Presiden, Senin (10/5) silam, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto mengungkap vaksin yang akan digunakan dalam skema gotong royong adalah vaksin buatan Sinopharm dan Cansino.

Kedua vaksin tersebut akan menambah daftar vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia. Saat ini, vaksin yang sudah dipergunakan adalah vaksin Covid-19 Sinovac yang diimpor dalam bentuk siap pakai dari China, dan yang diimpor dalam bentuk bahan baku serta dibuat dibuat di Biofarma. Vaksin lain yang sudah digunakan di sini adalah vaksin Covid-19 AstraZeneca yang dibuat SK Biosciences di Korea Selatan.

Jika merujuk ke landscape vaksin Covid-19 yang disusun Organisasi Kesehatan Dunia, vaksin Sinovac, termasuk yang dibuat oleh Biofarma serta vaksin Sinopharm termasuk dalam vaksin inaktif. Sedangkan vaksin AstraZeneca dan Cansino merupakan vaksin berbasis vector virus.

Lalu apa yang membedakan kedua jenis vaksin tersebut? Berikut penjelasan yang dikutip dari berbagai situs otoritas kesehatan dunia

Vaksin inaktif

Ini adalah jenis vaksin yang pertama dibuat oleh manusia. Mengutip situs WHO, vaksin inaktif merupakan satu dari tiga jenis vaksin yang dikembangkan dengan pendekatan mikroba. Dua lainnya adalah vaksin berdasar virus hidup yang sudah diperlemah serta vaksin berbasis vector virus.

Garis besar pembuatan vaksin jenis ini adalah mematikan atau membuat non-aktif virus yang menyebabkan penyakit, melalui proses pemanasan, radiasi, atau bahan kimia. WHO menyebut ini salah satu cara pembuatan vaksin yang memiliki rekam jejak yang panjang.

Namun, jika saat ini manusia mengenal ada berbagai macam jenis vaksin, tentu karena metode inaktif tidak lepas dari kelemahan. Salah satu kendala pembuatan vaksin jenis ini adalah proses produksi yang relatif panjang. Itu juga berarti waktu dibutuhkan untuk memproduksi vaksin jenis ini terbilang panjang.

Baca Juga: Antisipasi arus balik mulai hari ini (15/5), pemerintah terapkan random test

Mereka yang hendak mengembangkan vaksin jenis ini juga perlu menyiapkan laboratorium yang memiliki standar pengaman tinggi. Jadi, mereka bisa secara aman mengembangbiakkan virus, yang kemudian dimatikan dalam proses produksi vaksin.

Vaccine tracker yang dipublikasikan situs NY Times.com, menyebut aksin yang dikembangkan Sinopharm bersama Beijing Insitute of Biological Products dibuat berdasarkan varian dari virus corona yang menginfeksi warga di negerinya. 

Setelah dibiakkan, virus itu lantas dinonaktifkan melalui proses kimia yang disebut beta-propiolactone. Setelah melalui proses tersebut virus kehilangan daya rusaknya dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya. Namun protein, termasuk yang bentuknya menyerupai mahkota masih tetap ada di virus tersebut.

Sedang Sinovac memulai proses pembuatan vaksinnya, menurut vaccine tracker NY Times.com, dengan mencari virus corona di negerinya sendiri serta sejumlah negara Eropa, seperti Italia, Inggris, Spanyol dan Swiss. Sinovac akhirnya memilih varian yang diperolehnya di China sebagai dasar pengembangan vaksinnya.

Tidak berbeda dengan proses produksi vaksin Sinopharm, pembuatan vaksin Sinovac melalui proses kimia. Virus yang menjadi bahan baku vaksin dibuat nonaktif melalui proses beta-propiolactone. Setelah proses tersebut, virus tak lagi memiliki kemampuan merusak dan mereplikasi.

Vaksin berbasis vektor virus

Vaksin jenis ini memanfaatkan vektor, alias virus yang aman bagi tubuh manusia, untuk mengantarkan semacam instruksi yang memicu kekebalan tubuh manusia, saat diterobos oleh virus yang hendak dilawan. Dalam kasus vaksin Covid-19, tentu virus yang dimaksud adalah virus corona.

Lembaga pemerintah Amerika Serikat yang menangani pencegahan dan pengendalian penyakit, alias CDC, menyebut ada tiga langkah kerja vaksin Covid-19 yang berbasis vektor virus. Di tahap pertama, virus yang tidak berbahaya akan memasuki tubuh kita. Dengan menggunakan semacam mesin sel, virus tadi akan membuat bagian yang tidak berbahaya dari virus corona, yaitu protein yang menyerupai mahkota.

Baca Juga: Waspada, WHO sebut pandemi Covid-19 bisa semakin parah pada tahun 2021

Di tahap kedua, sel akan menampilkan protein di permukaannya. Itu akan diidentifikasi oleh sistim kekebalan tubuh kita sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Sistim kekebalan tubuh pun akan terpicu untuk memproduksi antibodi. Sel kekebalan lain juga akan diaktifkan untuk melawan apa yang dianggap seabgai infeksi. Pada tahap terakhir, tubuh kita akan menyimpan pengalamannya dalam melindungi kita dari infeksi virus di masa yang akan datang.

Baik vaksin buatan AstraZeneca yang diterima Indonesia melalui platform Covax, maupun vaksin buatan CanSino, merupakan vaksin yang dikembangkan dengan pendekatan viral vector. Keduanya menggunakan vaksin aman yang disebut adenovirus. Ini adalah semacam virus yang memicu flu ringan bagi manusia.

 Tentu vaksinasi bukan satu-satunya senjata umat manusia untuk memutus mata rantai peredaran virus corona. Selain mendapatkan injeksi vaksin, kita juga wajib disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Tentu, kita juga wajib menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Peningkatan Kasus Covid-19 Mulai Terjadi, Pemerintah Harus Siap Antisipasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×