kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mari mengenal dua jenis vaksin Covid-19 yang sekarang digunakan di negeri ini


Minggu, 16 Mei 2021 / 00:56 WIB
Mari mengenal dua jenis vaksin Covid-19 yang sekarang digunakan di negeri ini
ILUSTRASI. Petugas kesehatan mengambil vaksin COVID-19 AstraZeneca sebelum disuntikkan di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

Lalu apa yang membedakan kedua jenis vaksin tersebut? Berikut penjelasan yang dikutip dari berbagai situs otoritas kesehatan dunia

Vaksin inaktif

Ini adalah jenis vaksin yang pertama dibuat oleh manusia. Mengutip situs WHO, vaksin inaktif merupakan satu dari tiga jenis vaksin yang dikembangkan dengan pendekatan mikroba. Dua lainnya adalah vaksin berdasar virus hidup yang sudah diperlemah serta vaksin berbasis vector virus.

Garis besar pembuatan vaksin jenis ini adalah mematikan atau membuat non-aktif virus yang menyebabkan penyakit, melalui proses pemanasan, radiasi, atau bahan kimia. WHO menyebut ini salah satu cara pembuatan vaksin yang memiliki rekam jejak yang panjang.

Namun, jika saat ini manusia mengenal ada berbagai macam jenis vaksin, tentu karena metode inaktif tidak lepas dari kelemahan. Salah satu kendala pembuatan vaksin jenis ini adalah proses produksi yang relatif panjang. Itu juga berarti waktu dibutuhkan untuk memproduksi vaksin jenis ini terbilang panjang.

Baca Juga: Antisipasi arus balik mulai hari ini (15/5), pemerintah terapkan random test

Mereka yang hendak mengembangkan vaksin jenis ini juga perlu menyiapkan laboratorium yang memiliki standar pengaman tinggi. Jadi, mereka bisa secara aman mengembangbiakkan virus, yang kemudian dimatikan dalam proses produksi vaksin.

Vaccine tracker yang dipublikasikan situs NY Times.com, menyebut aksin yang dikembangkan Sinopharm bersama Beijing Insitute of Biological Products dibuat berdasarkan varian dari virus corona yang menginfeksi warga di negerinya. 

Setelah dibiakkan, virus itu lantas dinonaktifkan melalui proses kimia yang disebut beta-propiolactone. Setelah melalui proses tersebut virus kehilangan daya rusaknya dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya. Namun protein, termasuk yang bentuknya menyerupai mahkota masih tetap ada di virus tersebut.

Sedang Sinovac memulai proses pembuatan vaksinnya, menurut vaccine tracker NY Times.com, dengan mencari virus corona di negerinya sendiri serta sejumlah negara Eropa, seperti Italia, Inggris, Spanyol dan Swiss. Sinovac akhirnya memilih varian yang diperolehnya di China sebagai dasar pengembangan vaksinnya.

Tidak berbeda dengan proses produksi vaksin Sinopharm, pembuatan vaksin Sinovac melalui proses kimia. Virus yang menjadi bahan baku vaksin dibuat nonaktif melalui proses beta-propiolactone. Setelah proses tersebut, virus tak lagi memiliki kemampuan merusak dan mereplikasi.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×