kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Kenali gejala gangguan psikologi pada pasien atau penyintas Covid-19


Senin, 05 Juli 2021 / 08:55 WIB
Kenali gejala gangguan psikologi pada pasien atau penyintas Covid-19


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan kasus Covid-19 berpotensi menyebab gangguan psikologis bagi para penderitanya. Gangguan tersebut tidak hanya muncul saat melakukan isolasi mandiri saja tetapi juga bisa berlanjut setelah pasca isolasi.

Menurut dr Rivo Mario Warow Lintuuran  dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sebelum mengidentifikasi tingkat gangguan psikologis  yang dialami pasien dan untuk selanjutnya diberikan penanganan yang tepat maka harus diketahui apa saja faktor penyebab gangguan  tersebut.

Faktor yang harus dilihat itu di antaranya durasi isolasi, muncul prasangka pada pasien bisa tertular kembali atau menularkan virus ke orang lain, faktor kejenuhan selama isolasi, banyak informasi hoax yang berkembang, waktu tunggu hasil test dan stigma dari masyarakat sekitar.

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19, Minggu (4/7): Vaksinasi dosis kedua hampir 14 juta orang

"Adapun gejala gangguan yang muncul pada saat isolasi di antaranya cemas, imsonia, reaksi stress, depresi, keinginan bunuh diri, kurang perawatan diri, mudah marah dan konsentrasi kurang," kata Rivo dalam webinar baru-baru ini.

Sedangkan penyebab gangguan pada pasca isolasi bisa di antaranya perasaan takut terinfeksi lagi, faktor ekonomi di mana mereka terputus pekerjaan saat isolasi dan kembali menghadapi beban pekerjaan pasca isolasi, muncul stigma negatif dari lingkungan.

Rivo menjelaskan, mengidentifikasi gejala yang muncul pada pasien Covid-19 bisa dilakukan dengan membegainya menjadi axietas atau gejala gangguan  stress,  depresi, dan psikosis. 

"Anxetis adalah gejala yang sering dilaporkan. Gejalanya tidak satu tapi manifestasi gejala fisik seperti berkeringat, nafas pendek, tekana darah naik, mulut kering dll, gejala psikologi seperti cemas, rasa takut berlebihan, mudah marah, mimpi buruk, sulit konsentrasi, sering diam, sering bergerak atau banyak bicara," jelasnya.

Gejala depresi terbagi dua yakni depresi mayor seperti  terlihat murung, hilang minat, mudah lelah dan tidak bertenaga. Depresi minor di antaranya ada rasa pesimis, masalah tidur, ada ide bunuh diri, nafu makan, konsentrasi berkurang. Rivo bilang, jika ini bisa didiaknosa maka akan diketahui  apakah pasien depresi ringan,  sedang,  atau berat.

Sementara gejala psikosis di antaranya  halusinasi, gejala waham, perilaku dan pembicaraan yang kacau dan negatif.  Jika ini bisa didiagnosa maka akan diketahui apakah pasien masuk dalam psikotik akut, skizorenia paranoid, atau skizoafektif. "Yang sering  yang muncul pada pasien Covid-19 adalah psikotik akut," ujarnya.

Setelah mengetahui jenis gangguan yang dialami pasien dan tingkatannya maka dokter akan bisa melakukan penanganan. Pertama, jika gejalanya ringan maka bisa diberikan interpensi psikologis atau dengan terapi. Sedangkan untuk gejala sedang berat maka bisa dipertimbangkan pemberian obat dan psikoterapi.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Minggu (4/7): Tambah 27.233 kasus, patuhi selalu 5M

Sementara Gemi Staf Perawat di Rumah Sakit Puri Jakarta Barat membagikan tips bagi pasien Covid-19 agar tetap tegar. Pertama, hindari stress dengan fokus memikirkan hal yang membuat bahagia.

Hal itu bisa dilakukan dengan mengerjakan hal-hal yang disukai selama masa isolasi ataupun pasca isolasi. Kedua, pasien sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.

Namun, rumah sakit tempat Gemi bekerja saat ini belum menyediakan terapi psikologis secara khusus bagi penderita Covid-19. "Belum ada. Hanya support yang diberikan dan tidak menjudge bagi kena Covid-19," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×