Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan kasus Covid-19 berpotensi menyebab gangguan psikologis bagi para penderitanya. Gangguan tersebut tidak hanya muncul saat melakukan isolasi mandiri saja tetapi juga bisa berlanjut setelah pasca isolasi.
Menurut dr Rivo Mario Warow Lintuuran dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sebelum mengidentifikasi tingkat gangguan psikologis yang dialami pasien dan untuk selanjutnya diberikan penanganan yang tepat maka harus diketahui apa saja faktor penyebab gangguan tersebut.
Faktor yang harus dilihat itu di antaranya durasi isolasi, muncul prasangka pada pasien bisa tertular kembali atau menularkan virus ke orang lain, faktor kejenuhan selama isolasi, banyak informasi hoax yang berkembang, waktu tunggu hasil test dan stigma dari masyarakat sekitar.
Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19, Minggu (4/7): Vaksinasi dosis kedua hampir 14 juta orang
"Adapun gejala gangguan yang muncul pada saat isolasi di antaranya cemas, imsonia, reaksi stress, depresi, keinginan bunuh diri, kurang perawatan diri, mudah marah dan konsentrasi kurang," kata Rivo dalam webinar baru-baru ini.
Sedangkan penyebab gangguan pada pasca isolasi bisa di antaranya perasaan takut terinfeksi lagi, faktor ekonomi di mana mereka terputus pekerjaan saat isolasi dan kembali menghadapi beban pekerjaan pasca isolasi, muncul stigma negatif dari lingkungan.
Rivo menjelaskan, mengidentifikasi gejala yang muncul pada pasien Covid-19 bisa dilakukan dengan membegainya menjadi axietas atau gejala gangguan stress, depresi, dan psikosis.
"Anxetis adalah gejala yang sering dilaporkan. Gejalanya tidak satu tapi manifestasi gejala fisik seperti berkeringat, nafas pendek, tekana darah naik, mulut kering dll, gejala psikologi seperti cemas, rasa takut berlebihan, mudah marah, mimpi buruk, sulit konsentrasi, sering diam, sering bergerak atau banyak bicara," jelasnya.