Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Donor darah plasma konvalesen sedang banyak jadi pembicaraan publik. Pasalnya, di tengah lonjakan kasus positif Covid-19, banyak orang membutuhkan donor plasma konvalesen untuk menyembuhkan penyakit akibat infeksi virus corona tersebut.
Donor plasma konvalesen adalah donor darah yang berfungsi untuk terapi penyembuhan penyakit tertentu. Terapi plasma konvalesen menggunakan darah dari orang yang telah sembuh dari suatu penyakit untuk membantu orang lain pulih.
Di tengah pandemi Covid-19, donor plasma konvalesen adalah metode terbaik untuk penyembuhan infeksi virus corona. Mengingat, sejauh ini belum ada obat pasti yang ampuh untuk penyembuhan Covid-19.
Sementara, Satgas Covid-19 pada Selasa (22/6) mencatat ada tambahan 13.668 kasus baru positif Covid-19 di Indonesia. Sehingga total menjadi 2.018.113 kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memberikan otorisasi darurat untuk terapi plasma konvalesen dengan tingkat antibodi tinggi untuk mengobati Covid-19. Dikutip dari Mayo Clinic, donor plasma konvalesen dapat digunakan untuk beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah dan penyakit masih di tahap awal.
Baca juga: Seberapa efektif terapi plasma konvalesen? Yuk, simak penjelasannya
Darah yang disumbangkan oleh orang yang telah pulih dari Covid-19 memiliki antibodi terhadap virus Covid-19. Darah dari donor plasma konvalesen akan diproses untuk menghilangkan sel darah sehingga meninggalkan cairan (plasma) dan antibodi.
Plasma dan antibodi ini dapat diberikan kepada orang dengan Covid-19 untuk meningkatkan kemampuan mereka melawan virus. Terapi ini pun saat ini banyak digalakkan oleh pemerintah dan Palang Merah Indonesia.
Mereka beramai-ramai mengampanyekan donor darah plasma konvalesen kepada para mantan pasien Covid-19 yang sudah negatif. Lalu, berapa kali seseorang dapat melakukan donor plasma konvalesen?
Merangkum dari Healthline, donor plasma konvalesen sebaiknya dilakukan dalam interval 28 hari sekali. Sebab, apabila terlalu sering melakukannya, kualitas plasma pun akan menurun. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan tubuh untuk dengan cepat meregenerasi komponen penting plasma.
Sebuah penelitian berjudul “Specific protein content of pools of plasma for fractionation from different sources: impact of frequency of donations” menyelidiki dan membandingkan kualitas plasma dari donasi dari berbagai negara. Mereka menemukan bahwa di Amerika Serikat, plasma dari orang yang lebih sering mendonasikan dan dalam volume yang lebih tinggi secara signifikan lebih rendah dalam protein total, albumin, dan penanda darah lainnya.
Baik itu untuk membantu memerangi Covid-19 maupun untuk tujuan lain, donasi plasma, terutama donasi yang sering, harus selalu dilakukan di bawah pengawasan dokter. Data dari beberapa uji klinis, penelitian, dan program akses nasional menunjukkan bahwa plasma konvalesen dengan tingkat antibodi tinggi dapat mengurangi keparahan.
Selain itu, memperlihatkan bahwa plasma konvalesen dapat mempersingkat durasi Covid-19 pada beberapa orang ketika diberikan pada awal penyakit atau pada mereka dengan sistem kekebalan yang lemah. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah terapi dari donor plasma konvalesen akan menjadi pengobatan yang efektif untuk Covid-19.
Itulah batasan-batasan yang harus dikenali sebelum melakukan donor plasma konvalesen. Patuhi ketentuan di atas agar donor plasma konvalesen efektif membantu penyembuhan pasien Covid-19.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berapa Kali Seseorang Boleh Donasi Plasma Konvalesen?",
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Penulis : Galih Pangestu Jati
Editor : Galih Pangestu Jati
Selanjutnya: Terapi plasma konvalesen mampu atasi Pandemi Covid-19?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News