kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ilmuwan sebut Covid-19 bukan lagi pandemi, melainkan sindemi


Jumat, 13 November 2020 / 04:17 WIB
Ilmuwan sebut Covid-19 bukan lagi pandemi, melainkan sindemi
ILUSTRASI. Melihat kondisi Covid-19 saat ini, ilmuwan menilai semestinya bukan dianggap pandemi, melainkan sebagai sindemi.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Pengaruh lingkungan sosial ekonomi juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19. Menurut Tiff-Annie Kenny, peneliti di Laval University di Kanada mengatakan penyakit seperti diabetes atau obesitas, yang termasuk faktor risiko Covid-19 tersebut lebih sering dialami pada orang-orang berpenghasilan rendah. 

Di tengah kondisi wilayah dengan kerawanan pangan, perubahan iklim hingga pengaturan perumahan yang buruk, akan semakin sulit untuk menjalankan rekomendasi kesehatan seperti mencuci tangan atau menjaga jarak. 

Tak selalu akses kesehatan yang terbatas, makanan, pendidikan atau kebersihan, maupun penyakit lain dapat memperparah penyakit bawaan memengaruhi kondisi sosial ekonomi terkait dampak dari suatu penyakit. 

Baca Juga: Jumlah pasien Covid-19 melonjak, Turki larang warganya merokok di tempat umum

"Ada bukti berkembang bahwa influenza dan flu biasa adalah 'kontra-sindemi'. Artinya, situasinya tidak menjadi lebih buruk, jika seseorang terinfeksi kedua (virus), salah satu (dari penyakit itu) tidak berkembang," jelas Kenny. 

Oleh sebab itu, dengan menganalisis situasi menggunakan pendekatan sindemi, Tiff-Annie Kenny menjelaskan perlunya beralih dari pendekatan epidemiologi klasik mengenai risiko penularan Covid-19 dengan pendekatan dalam konteks sosial. 

Cara pandang ini banyak dilakukan para ahli yang meyakini bahwa itu dapat memperlambat laju penularan dan dampak Covid-19. "Jika kita benar-benar ingin mengakhiri pandemi ini yang efeknya telah menghancurkan masyarakat, kesehatan, ekonomi. Pelajarannya, kita harus mengatasi kondisi mendasar yang memungkinkan terjadinya sindemi," jelas Singer. 

Baca Juga: Waspada, pandemi virus corona bisa memperparah OCD pada anak-anak dan remaja

Singer menambahkan perlunya mengatasi faktor struktural yang mempersulit masyarakat miskin untuk mengakses layanan kesehatan atau makan makanan yang memadai. Singer juga meyakini perubahan strategi diperlukan untuk menghadapi pandemi di masa depan. 

Sebab, menurutnya ancaman ini akan terus ada selama kita masih terus melampaui batas habitat-habitat satwa liar, atau sebagai akibat dari perubahan iklim dan deforestasi. Horton juga mendukung pandangan tersebut. Sebab, seberapa efektif pengobatan atau seberapa protektif vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan, pencarian solusi yang murni biomedis akan gagal mengatasi pandemi Covid-19. 

"Kecuali pemerintah merancang kebijakan dan program untuk mengubah kesenjangan mendalam, masyarakat tidak akan pernah benar-benar aman dari penyakit ini," jelas Horton.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Sebut Covid-19 Bukan Lagi Pandemi, tetapi Sindemi, Apa Itu?"

Selanjutnya: Kasus virus corona terus bertambah, ini 5 cara memakai masker yang benar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×