Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alat pendeteksi virus Covid-19 buatan Tim ahli Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diberi nama GeNose C19, telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemkes). Manajemen UGM menargetkan, dapat memproduksi 10.000 unit GeNose C19 hingga Februari 2021.
Dr Hargo Utomo MBA M.Com Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM kepada KONTAN mengatakan, angka itu merupakan target tertinggi. Sampai akhir 2021, lanjut Hargo, UGM berharap mampu memproduksi 100.000 unit GeNose C19.
"Ini merupakan tantangan, kami harus bekerja cepat, kerja ekstra, serta meyakinkan konsorsium agar bisa bekerja optimal," tutur Hargo, kepada KONTAN, Minggu (27/12). Satu hal lain, UGM juga harus memastikan pasokan bahan baku tersedia, guna mengejar target produksi yang telah ditetapkan.
Adapun saat ini, Hargo menyatakan pihak UGM sedang berkomunikasi dengan 2-3 calon investor guna menyokong produksi massal GeNose C19. "Spirit-nya kami ingin gotong-royong, kerja bareng, membuat inovasi yang bisa membuat ekonomi negeri ini pulih kembali," ucapnya.
Baca Juga: GeNose C19, Alat Deteksi Covid-19 Paling Cepat dan Berbiaya Murah Besutan UGM
Hargo berharap, produk yang merupakan sumbangsih kalangan universitas ini dapat membantu gerak roda perekonomian. Efek gulir yang ditimbulkan dari keberadaan GeNose C19, diyakininya mampu menumbuhkan lima hingga enam industri turunan lainnya.
"Dengan produksi 10.000 unit saja, akan berimbas ke penciptaan nilai bisnis Rp 1 triliun," kata Hargo.
Belum lagi, lanjut Hargo, dampak yang ditimbulkan dari penyediaan sarana tes Covid-19 yang murah dan cepat ini bagi masyarakat. Dia yakin masyarakat tidak keberatan mengeluarkan uang Rp 25.000 untuk menjalani tes memakai GeNose C19.
Kondisi yang terjadi saat ini adalah biaya tes Covid-19 lebih mahal dari ongkos transportasi, semisal harga pesawat. Efek lain dari penggunaan alat tes yang murah ini adalah kegiatan ekonomi masyarakat diharapkan bisa berjalan seperti semula.
Alat tersebut, tutur Hargo, kelak bakal dijual lewat distributor dengan harga tidak lebih dari Rp 62 juta. "Kami akan kendalikan harga di distributor, agar harganya tidak kacau," terang Hargo.
Hargo menyatakan alat ini tergolong murah. "Taruh kata dengan harga Rp 60 juta alat ini bisa melakukan pengetesan hingga 100.000 kali, maka untuk satu kali tes biaya dasarnya hanya Rp 600," beber Hargo.
Baca Juga: Siap Produksi Alat Deteksi Covid-19 (GeNose C19) Secara Massal, UGM Cari Investor
GeNose C19 telah diujicoba selama 24 jam dalam waktu sepekan. Hasilnya, tidak ditemukan kendala dalam proses uji coba GeNose C19. Adapun mengenai tingkat akurasi GeNose C19, berikut ini adalah sejumlah penjelasan dari tim ahli UGM.
1. Sensitivity 92%. Hal ini mengandung arti, GeNose C19 mampu membaca adanya tanda positif Covid-19 dengan peluang 92%.
2. Specificity 94%. Hal ini mengandung arti, GeNose C19 mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang 94%.
3. Positive Predictive Value (PPV) 87%. Hal ini mengandung arti, bahwa yang benar-benar (true) positif dari hasil deteksi dengan GeNose C19, adalah 87 pasien dari 100, misalkan. Adapun 13 diantaranya false negative. Dengan kata lain, “Jika tes seseorang positif, berapa probabilitas dia betul-betul menderita penyakit?”.
4. Negative Predictive Value (NPV) 97%. Hal ini berarti bahwa yang benar-benar (true) negatif dari hasil deteksi dengan GeNose C19 adalah 97 pasien dari 100, misalkan. Adapun 3 diantaranya false negative. Bisa juga dikatakan, “Jika tes seseorang negatif, berapa probabilitas dia betul-betul tidak menderita penyakit?”.
5. Positive Likelihood Ratio 16.4x. Hal ini mengandung arti lebih sering mendapati 16,4 kali pasien positif dibanding negatif.
6. Negative Likelihood Ratio 0,09x. Hal ini berarti akan mendapati 0,09 kali pasien lebih sering negatif dibanding positif.
Inovasi UGM
Kepada KONTAN, Hargo mengungkapkan cukup banyak produk inovasi yang telah diproduksi UGM. Saat ini saja setidaknya ada 10 proyek inovasi di bidang kesehatan di UGM, salah satunya adalah GeNose C19.
Produk lainnya, lanjut Hargo, adalah high end ventilator. "Harga ventilator kami pun hanya sepertiga dari produk sejenis buatan China," kata Hargo.
Tidak hanya itu, UGM juga membuat vitamin D dalam bentuk tetes yang sudah diedarkan ke masyarakat melalui Kimia Farma. Kata Hargo, pihaknya baru saja menyelesaikan 10.000 kemasan vitamin D tetes pesanan dari sejumlah kementerian.
Baca Juga: GeNose C19, Alat Deteksi Covid-19 Besutan UGM Bermula dari Alat Pelacak Narkoba
Tim ahli UGM juga berinovasi menciptakan alat deteksi kanker. Alat ini sudah diluncurkan pada tahun 2019 silam.
Satu proyek yang juga sedang dikembangkan UGM di luar bidang kesehatan adalah pengembangan usaha masyarakat petani kakao. "Misi utama kami adalah agar masyarakat bangga menjadi petani kebun. Kakao ini komoditas unggulan dengan pasar ekspor sehingga harus dikembangkan," tandas Hargo.
Saat ini, lanjut Hargo, UGM mengembangkan perkebunan kakao seluas 200 hektare di Batang. Di lahan tersebut, berdiri pabrik pengolahan yang juga menjadi tempat pembinaan UMKM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News