kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Gejala Disentri pada Anak, Pencegahan, dan Pengobatannya


Selasa, 08 Agustus 2023 / 15:48 WIB
Gejala Disentri pada Anak, Pencegahan, dan Pengobatannya
ILUSTRASI. Anak perempuan bayi batita sakit ilustrasi liputan khusus kesehatan./Pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/22/08/2011.


Penulis: Virdita Ratriani

Gejala Disentri  - Disentri adalah kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri.

Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan mayoritas bakteri Shigella dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering disentri pada anak. 

Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai disentri amuba. 

Lantas, seperti apa gejala disentri pada anak dan bagaimana cara mengobatinya? 

Baca Juga: 11 Manfaat Jambu Air untuk Kesehatan yang Sayang Jika Dilewatkan

Gejala disentri pada anak

Dirangkum dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala disentri pada anak biasanya adalah diare berdarah, demam, nyeri perut terutama menjelang buang air besar. 

Selain itu, pada pemeriksaan tinja rutin juga ditemukan jumlah leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan tinja dapat dijumpai kuman penyebab.

Namun, nyeri perut saat buang air besar seringkali tidak terlihat pada anak yang usianya lebih muda karena mereka umumnya belum dapat menggambarkan keluhan tersebut.

Baca Juga: Mengobati Pilek, Segudang Manfaat Bawang Putih yang Kaya Nutrisi

Penyebaran disentri 

Infeksi menyebar melalui tangan, makanan maupun air yang terkontaminasi, dan biasanya terjadi pada daerah dengan kebersihan perorangan yang buruk. 

Jumlah Shigella yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit sangat kecil. Sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri.

Baca Juga: Khasiat Buah Duku untuk Kesehatan, Bisa Menguatkan Gigi & Memperlancar Pencernaan

Pencegahan disentri 

Pencegahan disentri dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, melalui kebersihan diri dan lingkungan. 

Kebersihan diri dimulai dengan mencuci tangan anak, pengasuh, dan orangtua menggunakan sabun untuk membunuh kuman. 

Pengobatan disentri pada anak

Anak dengan disentri bisa mengalami dehidrasi, terlebih bila tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar melalui diare. 

Baca Juga: 8 Manfaat Buah Duku untuk Kesehatan Jika Dikonsumsi Rutin yang Sayang Dilewatkan

Anak dengan disentri sebaiknya diberi minum yang cukup, terutama bila mereka mengalami demam. Infus diberikan bila anak mengalami dehidrasi berat atau sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan. 

Selama anak masih mau minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu diberikan. Makanan yang diberikan hendaknya dalam porsi sedikit namun sering. 

Pilih makanan kaya energi dan zat gizi yang disukai anak. Berikan pula satu kali makanan tambahan setiap hari dengan menu yang sama setidaknya selama 1 minggu setelah diare berhenti. 

Baca Juga: Mengobati Flu hingga Herpes, Ini Manfaat Sirsak yang Kaya Vitamin dan Mineral

Pemberian ASI sangat dianjurkan pada bayi yang mengalami disentri. Disentri biasanya juga diobati dengan pemberian antibiotik. 

Selain itu, anak harus dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan, antara lain tidak ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja berkurang dengan jumlah darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya selera makan. 

Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotik. 

Bila kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja. Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada anak dengan gizi kurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×