Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo
2 Gangguan irama jantung
Covid-19 dapat menyebabkan detak jantung Anda menjadi cepat atau tidak teratur. Denyut nadi Anda meningkat sebagai respons terhadap demam atau peradangan karena jantung Anda bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh Anda untuk melawan infeksi.
Beberapa orang melaporkan kasus palpitasi atau jantung berdetak lebih cepat, bahkan setelah infeksi virus corona telah teratasi. Bagi sebagian orang, ini menjadi tanda Long Covid (gejala sisa yang menetap). Hal ini adalah masih terus diteliti, tetapi diperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh virus dan respons imun terhadap virus yang mempengaruhi sistem saraf otonom. Ini adalah bagian dari sistem saraf yang bekerja secara otomatis untuk mengatur beberapa proses penting di tubuh, seperti tekanan darah, detak jantung dan laju pernapasan.
3. Kerusakan jantung
Jika peradangan Covid-19 cukup parah hingga merusak paru-paru, hal tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jantung. Karena virus dan respons imun tubuh juga dapat merusak sel-sel yang melapisi pembuluh darah, hal ini menyebabkan pembekuan di pembuluh darah yang memasok paru-paru dan membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke jantung. Tuntutan kerja tambahan pada jantung ini, ditambah dengan kekurangan oksigen dan nutrisi, dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
Baca Juga: Distribusi Vaksin Timpang, Kasus Covid di Luar Jawa Terbang
Pasien dengan kasus Covid-19 gejala berat dapat mengalami kerusakan otot jantung (seperti yang ditunjukkan oleh tes darah dan Elektrokardiogram) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
4. Peradangan otot dan lapisan jantung
Dalam sejumlah kecil kasus yang parah, Covid-19 dapat menyebabkan peradangan pada otot jantung (miokarditis) dan lapisan jantung (perikarditis). Miokarditis dan perikarditis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus lain, bukan hanya Covid-19.
Menurut penelitian, kerusakan pada jantung ini dapat disebabkan oleh sistem kekebalan yang bereaksi berlebihan terhadap infeksi/peradangan. Sebagai contoh, para peneliti di University of Cambridge telah menyelidiki bagaimana sitokin (molekul yang digunakan sel-sel dalam sistem kekebalan Anda untuk berkomunikasi satu sama lain, yang diketahui terlibat dalam peradangan) ditemukan dapat mencegah sel otot jantung bekerja dengan baik.