Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Stunting masih menjadi salah satu permasalah kesehatan anak yang perlu diatasi. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga perlu memahami apa itu stunting hingga cara mencegahnya.
Melansir situs rsa.ugm.ac.id, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.
Kodisi ini dapat terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) seorang anak.
Baca Juga: Pedoman Baru Pendamping ASI dari WHO, Cek Cara Memperlancar ASI Setelah Melahirkan
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko stunting pada anak yakni:
- Gizi dan infeksi pada ibu hamil (anemia pada ibu, Infeksi saluran kencing, TORCH)
- Kehamilan remaja dan pendeknya jarak antar persalinan
- Gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur (Bayi lahir kecil menurut usia kehamilan dan berat bayi lahir rendah)
- Gizi dan infeksi pada anak (tuberkulosis (TBC), diare, anemia, dan lain-lain)
- Faktor lingkungan (kebersihan yang kurang, kesulitan air bersih, dan lain-lain)
Cara mencegah stunting pada anak
Dokter Umum RSA UGM, dr. Annisa Nurul Pratiwi Sudarmadi, memaparkan beberapa cara mencegah stunting yakni:
1. Menerapkan gizi seimbang dalam makanan keluarga dengan memastikan kelengkapan komponen karbohidrat, protein dan lemak, menghindari makanan junk food (tinggi kalori dan mengandung kadar gula berlebih), mengonsumsi suplementasi mineral (zat besi atau kalsium) sesuai anjuran petugas kesehatan.
2. Memperhatikan kesehatan reproduksi, mengatur jumlah dan jarak kehamilan serta mencegah kehamilan remaja.
3. Melakukan pemeriksaan kehamilan berkala (sesuai anjuran bidan/dokter)
4. Menjaga kesehatan dan memastikan status gizi ibu hamil baik, memantau pertumbuhan dan perkembangan janin, melakukan kunjungan ANC sesuai anjuran petugas kesehatan.
5. Menyukseskan ASI eksklusif dan memberikan makanan pendamping (MPASI) dengan benar.
Memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan, dan mulai memberikan MPASI setelah bayi mencapai usia 6 bulan dengan tetap mempertahankan pemberian ASI (baik dalam jumlah maupun frekuensi pemberiannya) sampai usia 2 tahun. Kemudian lanjutkan dengan pemberian makan sesuai gizi seimbang.
6. Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita dengan bantuan buku KIA
Di dalam buku KIA sudah terdapat kurva pertumbuhan bayi/anak serta cara melakukan stimulasi dan deteksi dini perkembangan anak. Jika didapatkan penyimpangan pada kurva pertumbuhan atau daftar perkembangan maka sahabat RSA dapat segera menemui petugas kesehatan terdekat.
7. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, dan membuang sampah pada tempatnya
Baca Juga: 9 Cara Melancarkan ASI Bagi Ibu Menyusui, Suami Bisa Lakukan Ini untuk Membantu
Rekomendasi makanan dan contoh menu MPASI
Salah satu langkah penting pencegahan stunting adalah asupan gizi seimbang. Ada 10 pesan umum gizi seimbang yang perlu diterapkan orangtua, yaitu:
- Mengonsumsi beragam makanan pokok
- Membatasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak
- Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan barat badan ideal
- Mengonsumsi lauk-pauk yang mengandung protein tinggi
- Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
- Biasakan sarapan pagi
- Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
- Banyak makan buah dan sayur
- Membiasakan membaca label pada kemasan pangan
- Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
Perlu orangtua ketahui bahwa protein hewani dapat membantu mencegah stunting. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendahnya asupan protein hewani berpengaruh erat pada tingginya stunting pada balita.
Protein hewani mengandung zat dan mineral yang lebih siap pakai dibandingkan protein nabati. Selain itu dalam volume yang lebih kecil, protein hewani mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada protein nabati.
Masih banyak ornagtua yang beranggapan protein hewani identik dengan harga yang mahal, padahal ada beberapa sumber protein hewani yang terjangkau.
Beberapa protein hewani yang murah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan anak, misalnya telur, lele dan hati ayam. Asupan telur 2-3 butir sehari sudah cukup membantu untuk pencegahan stunting pada anak.
Berikut adalah contoh menu Makanan Pendamping ASI (MPASI) sesuai dengan usia buah hati.
Anak usia 6-8 bulan
- Nasi 3,5 sdm
- Telur ayam 1/2 butir
- Sayur 2 sdm
- Tempe 1/2 potong
- Margarin 1 sdt
- Snack: pepaya 1 potong kecil
Baca Juga: 11 Manfaat Daun Katuk untuk Kesehatan dan Ibu Menyusui Serta Efek Sampingnya
Anak usia 9-12 bulan
Bahan MPASI dihaluskan cukup dengan sendok, porsi bisa untuk 2-3 kali makan
- Nasi 5 sdm
- Daging 1 potong kecil
- Sayur 2 sdm
- Tempe 1/2 potong
- Margarin 1 sdt
- Snack 1: pepaya 1 potong kecil
- Snack 2: biskuit 2 keping
Anak usia 12-23 bulan
- Nasi 2 sdm
- Daging 1/2 potong
- Sayur 1 sdm
- Tahu 1 sdm
- Margarin 1 sdt
- Snack 1: pepaya 1 potong kecil
- Snack 2: biskuit 2 keping
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News