Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Ratusan ilmuwan dari berbagai negara menemukan bukti virus corona baru menyebar di udara. Dan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun akhirnya mengakui temuan tersebut.
Sebelumnya, WHO telah sejak lama beranggapan virus corona hanya menyebar lewat droplet atau percikan yang keluar saat seseorang batuk atau bersin.
Namun, bukti ada partikel virus corona yang lebih kecil melayang di udara bisa menginfeksi manusia para ilmuwan ungkapkan dalam surat terbuka kepada WHO.
Para ilmuwan menilai, lembaga-lembaga kesehatan masih abai pada tetesen kecil virus yang menyembur dari mulut seseorang menjadi aerosol dan melayang di udara, yang kemungkinan menjadi cara penularan virus corona.
Baca Juga: Waspada! Ratusan ilmuan: Virus corona yang ada di udara bisa menginfeksi orang
"Mereka tidak ingin berbicara tentang penularan melalui udara, karena itu akan membuat orang takut," kata Donald Milton, profesor kesehatan lingkungan di University of Maryland, Amerika Serikat, seperti dikutip CNN, Rabu (8/7).
Sebuah studi yang dipublikasikan pertengahan Maret lalu menemukan, virus corona baru bisa bertahan dalam tetesan pernapasan mikroskopis berdiameter sekitar 2,5 mikron, bahkan lebih kecil, dan bisa bertahan hingga 3 jam.
Sementara Linsey Marr, profesor teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech, menerbitkan makalah yang mengungkap peran partikel udara yang lebih kecil dalam penyebaran virus corona.
Mearr mengatakan, tidak mungkin bagi seseorang untuk melepaskan tetesan besar (> 5 mikron) tanpa melepaskan yang lebih kecil. Ia menemukan virus flu bisa melayang di udara dalam tetesan mikroskopis selama satu jam atau lebih.
Baca Juga: WHO akhirnya mengakui klaim bahwa virus corona bisa menyebar lewat udara
Untuk menjelaskannya, dia menggunakan rokok untuk menunjukkan bagaimana virus menyebar. "Partikel mikroskopis kecil yang disebut aerosol berperilaku seperti asap rokok," ujarnya.
"Jadi, mereka akan lebih terkonsentrasi lebih dekat dengan perokok yang mungkin terinfeksi. Ketika Anda semakin jauh, maka paparannya akan jauh lebih sedikit," jelas Marr seperti dilansir CNN.
William Schaffner, pakar penyakit menular dan profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, bilang, sebagian besar penularan virus corona terjadi dalam jarak 3-6 kaki dari orang yang terinfeksi.
Tapi, apakah ada jalan lain di mana virus bisa menjadi aerosol dan menyebar di udara?
Baca Juga: Peringatan dari ilmuan: Virus corona bisa merusak otak
Schaffner mengatakan, potensi itu ada, jika penyelidikan kesehatan masyarakat di masa depan menemukan peristiwa penularan aerosol ini lebih umum dari yang diperkirakan saat ini, maka dapat mengubah prioritas.
"Tapi saya tidak berpikir kita perlu mengubah semua unit AC (pendingin udara) di Amerika Serikat, bahkan di seluruh dunia berdasarkan rute transmisi ini," kata Schaffner. Dia lebih menekankan pentingnya menjaga jarak sosial dan menghindari kerumunan untuk menurunkan transmisi virus.
Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona Menyebar di Udara, Partikel Aerosol Covid-19 seperti Asap Rokok"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News