kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Anak suka mendengkur bisa berujung obesitas


Selasa, 28 November 2017 / 23:05 WIB
Anak suka mendengkur bisa berujung obesitas


Sumber: Kompas.com | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak yang mendengkur memang tampak lucu, tetapi ketika semakin parah malah jadi menyeramkan.

Ingatan saya terbawa pada pasien A, usia 8 tahun. Dari penampilannya, jelas ia tampak gemuk dan selalu mengantuk. Orangtuanya mulai menganggapnya tak wajar ketika A dilaporkan mengantuk dan tertidur di kelas. Sebelumnya tak pernah terpikir bahwa dengkuran A yang menyebabkannya.

Mendengkur menjadi gejala utama dari sleep apnea yang artinya henti napas saat tidur. Pada orang dewasa, kondisi itu menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, diabetes, stroke, impotensi, dan kematian.

Adapun pada anak-anak akan mengganggu daya tahan tubuh dan tumbuh kembangnya. Belakangan, para ahli menemukan bahwa anak yang mendengkur akan tumbuh dewasa menjadi obesitas.

Ini agak membingungkan pembaca kebanyakan karena adanya anggapan bahwa kegemukan membuat orang mendengkur, kenyataan yang menyatakan sebaliknya jadi terdengar aneh. Ngorok bikin gemuk!

Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Christos S Mantzoros, seorang ahli endokrin, menemukan hubungan timbal balik antara mendengkur dan obesitas pada anak. Semakin parah tingkat mendengkur, semakin parah gangguan metabolismenya hingga semakin parah juga obesitasnya.

Penelitian sebelumnya pada hewan menemukan bahwa tidur dari induk akan menentukan sistem metabolisme generasi berikutnya.

Saat hamil, kondisi oksigen dalam kandang dibuat naik-turun meniru kondisi sleep apnea. Akibatnya, anak yang laki-laki lahir lebih besar dan memiliki nafsu makan lebih tinggi. Kadar kolesterol, trigliserid, dan insulin juga tinggi.

Ini adalah penanda biologis akan munculnya diabetes dan penyakit jantung dan pembuluh darah nantinya.

Tim peneliti yang penelitiannya diterbitkan pada jurnal Metabolism ini kemudian melihat data dari Project Viva, sebuah survei yang dilakukan oleh Atrius Harvard Vanguard Medical Associates, sebuah jaringan klinik di Massachusetts, AS.

Para pasien disurvei tentang jadwal tidur, kebiasaan menonton TV, makan makanan cepat saji, kadar gula, kolesterol, dan data-data lain.

Ditemukan bahwa pada anak yang mendengkur, kadar biomarker yang mengarah pada obesitas, semuanya meningkat.

Kesimpulannya, pada anak-anak ini, intervensi dini untuk mengatasi sleep apnea berbarengan dengan usaha menurunkan berat badan dapat mencegah obesitas di usia dewasa.

Kita akan mampu memutus rantai jahat yang menghubungkan dengkur-obesitas dan penyakit-penyakit kronis akibat obesitas ataupun sleep apnea.

Anak yang mendengkur memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki massa lemak dan obesitas nantinya. Dari pemeriksaan darah, kemungkinan untuk menderita diabetes dan penyakit jantung di usia dewasa juga meningkat.

Para peneliti juga menemukan bahwa anak yang ngorok nantinya akan menjadi remaja yang obesitas. Nilai-nilai kadar hormon lapar (leptin), kolesterol HDL, dan alinnya juga meningkat.

Hubungan sleep apnea dan obesitas ternyata terjadi dua arah. Obesitas jelas mempersempit saluran napas hingga mengalami sleep apnea.

Adapun sleep apnea sendiri akan mengganggu metabolisme sehingga mengganggu sistem metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan obesitas.

Prof Mantzoros menyerukan agar sleep apnea atau mendengkur pada anak-anak harus segera diatasi untuk mencegah munculnya obesitas dan penyakit-penyakit kronis seperti jantung dan diabetes nantinya di usia dewasa.

Artikel ini tayang di Kompas.com berjudul Anak Suka Mendengkur Bisa Berujung Obesitas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×