Reporter: Herry Prasetyo, Nathasya Elvira | Editor: A.Herry Prasetyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pekan lalu merilis pedoman perubahan perilaku penanganan Covid-19. Pedoman ini diharapkan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah infeksi virus corona.
Maklum, masih ada masyarakat masih mengabaikan penerapan protokol kesehatan lantaran merasa kedisiplinan dalam menerapkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tak efektif dalam mencegah Covid. Sebagian masyarakat juga yakin yakin tak akan tertular Covid.
Berdasarkan survei yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode 7 September-14 September 2020 lalu, tampak bahwa ada responden yang memiliki persepsi bahwa penerapan protokol kesehatan tidak efektif dalam pencegahan infeksi Covid.
Baca Juga: Begini cara bos perbankan menghindari transmisi virus corona
Untuk penggunaan masker, misalnya, sebanyak 91,8% dari jumlah responden sebanyak 90.967 responden mengaku penerapan #pakaimasker sangat efektif untuk mencegah Covid. Artinya, masih ada 8,2% yang memiliki persepsi sebaliknya.
Sementara untuk protokol menjaga jarak minimal 1 meter, responden yang mengakui efektivitas #jagajarak hanya sebanyak 88,6%. Artinya, sebanyak 11,4% responden menganggap #jagajarak tidak efektif.
Yang menarik, masih ada responden yang percaya diri tidak akan mungkin tertular Covid. Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 12,5% responden menyatakan tidak mungkin terinfeksi Covid. Sementara sebanyak 4,5% menyatakan sangat tidak mungkin terpapar Covid.
Persepsi ini bisa berdampak negatif terhadap penanganan Covid. Sebab, mereka yang yakin tidak akan tertular Covid akan mengabaikan protokol kesehatan.
Begitu pula, mereka yang menganggap protokol kesehatan tak efektif mencegah Covid tidak akan patuh dalam penerapan #pakaimasker, #cucitanganpakaisabun, dan #jagajarakhindarikerumunan.
Baca Juga: Tetap ingin pelesiran, ini tips liburan aman dari penularan virus corona
Itu sebabnya, Satgas Penanganan Covid-19 menerbitkan buku pedoman perubahan perilaku penanganan Covid-19. Kedua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi mengatakan, pedoman tersebut ditujukan untuk memberikan persamaan persepsi dan pemahaman tentang cara menghadapi Covid-19.
"Masyarakat harus tahu apa itu perubahan perilaku, begitu pun untuk satgas daerah agar dapat satu suara dengan satgas nasional. Mereka harus tahu strategi, alternatif, kebijakan, dan cara ukur keberhasilan perubahan perilaku," kata Sonny.
Iman, Aman, Imun >>>
Melalui pedoman ini, Sonny mengatakan, penanganan penularan Covid dilakukan sejak di hulu, yakni dengan mendorong percepatan perubahan perilaku masyarakat agar mematuhi 3M.
Dengan demikian, diharapkan penyadaran dan perubahan perilaku tersebut dapat memutus mata rantai penularan Covid.
Menurut Sonny, strategi terbaik dalam memutus mata rantai penularan Covid dalah dengan menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan dengan perubahan perilaku sebagai ujung tombak.
"Maksudnya adalah untuk membersihkan bagian hulu atau dasar penyebaran Covid-19, yaitu dengan mendorong percepatan perubahan perilaku masyarakat agar secara konsisten mematuhi protokol kesehatan," imbuh Sonny.
Baca Juga: Ketua Satgas Doni; Angka kesembuhan positif corona Indonesia di atas standar WHO
Dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid, ada tiga hal perubahan perilaku yang diharapkan. Pertama, Iman, yaitu beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Kedua, Aman. yaitu patuh terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid alias 3 M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun.
Ketiga, Imun, yakni istirahat cukup, olahraga teratur, tidak panik, bergembira, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Sonny mengatakan, setiap orang harus mau dan mampu melakukan perubahan perilaku kepatuhan 3M sehingga bisa mencegah terjadinya penularan Covid.
Idealnya, kata Sonny, perubahan perilaku berasal dari kesadaran diri sendiri. Empat strategi yang akan diakukan untuk membangun kesadaran dari dalam diri sendiri adalah dengan memberikan nasehat, memberikan dorongan, memberikan penghargaan atas perubahan yang terjadi, dan memberikan sanksi bagi yang belum patuh.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Jumat (23/10): Tambah 4.369 kasus, jangan lupa pakai masker
Sonny menambahkan, agar perubahan perilaku masyarakat berlangsung cepat, pedoman diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa daerah. Tujuannya, agar pedoman perubahan perilaku diterima dan dicerna oleh seluruh masyarakat.
Untuk mendorong perubahan perilaku di masyarakat, Sonny bilang, akan terus dilakukan edukasi dan sosialisasi secara masif. "Melalui tim edukasi masuk ke satuan pendidikan sebelum siswa masuk dalam proses belajar mengajar, door to door ke keluarga maupun organisasi, menyumbangkan lagi Ingat Pesan Ibu, melalui kampanye media sosial, dan melalui diskusi panel," kata Sonny.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News