kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Wow, BKKBN menghitung potensi kehamilan di masa pandemi Covid-19 capai 500.000


Selasa, 09 Juni 2020 / 16:43 WIB
Wow, BKKBN menghitung potensi kehamilan di masa pandemi Covid-19 capai 500.000
ILUSTRASI. ilustrasi ibu hamil


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa ada penurunan peserta program keluarga berencana (KB) aktif pada April 2020.

Setiap bulannya Hasto menyebut ada peningkatan peserta KB aktif. Namun, lantaran pandemi Covid-19, ada beberapa alasan menurunnya peserta KB.

Pertama, kekhawatiran yang akhirnya membuat pasangan mengurungkan diri untuk mendatangi fasilitas kesehatan guna mengikuti program KB. Kemudian adanya pembatasan penerimaan pasien dan jam buka di fasilitas kesehatan, klinik, atau bidan terkait aturan physical distancing selama masa pandemi.

Baca Juga: BKKBN: Lebih dari 400 ribu kehamilan baru selama pandemi covid-19 di Indonesia

Bulan April terjadi penurunan peserta atau akseptor aktif 10% dibanding bulan sebelumnya. April tercatat ada sekitar 26 juta peserta KB aktif, dimana bulan Maret 36 juta akseptor.

"KB aktif per bulan 36 juta, April turun banyak. Penurunan antar provinsi rata-rata 10%-15% dari akseptor sebelumnya," jelas Hasto saat webinar ‘Urgensi Pelayanan KB Pada Masa New Normal’ Selasa (9/6).

Dari data tersebut, ia menghitung ada sekitar 10 juta pasangan tak menggunakan alat kontrasepsi pada masa pandemi. Dari total angka tersebut, sekitar 25% merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia 20 tahun-35 tahun atau sekitar 2,5 juta PUS.

"Bisa kita lihat kalau sampai putus suntik misal di bulan pertama kemungkinan 10% hamil, IUD putus maka bisa 15%, pil putus sebulan pertama 20% kemungkinan hamil," jelasnya.

Dengan persentase kehamilan PUS diambil paling rendah yaitu 15%-20%, maka Hasto menyebut ada penambahan angka kehamilan sekitar 370.000 sampai 500.000.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Dwi Listyawardani menambahkan, pelayanan program KB harus tetap berjalan pada masa pandemi. Namun ia menekankan tetap pada penerapan protokol pencegahan penyebaran Covid-19.

"Kita harus tetap melayani meski di masa saat ini. Kalau tidak, terjadilah hal yang dikhawatirkan, kehamilan tidak direncanakan, kelahiran dan lainnya yang di masa sulit ini akan makin sulit, beban sosial, ekonomi dan lainnya," imbuh Dwi.

Karenanya, BKKBN gencar mengimbau pasangan untuk menunda hamil selama Covid-19 dengan tetap aktif mengikuti program KB.

Baca Juga: Gawat, potensi baby boomers bisa terjadi pasca pandemi corona

"Kehati-hatian jadi pegangan kita dan kami juga perhatikan bagaimana ibu bidan kita terlindung. Pak Hasto udah bilang ke Gugus Tugas Pak Doni buat adanya APD buat para bidan kita, terutama praktek mandiri," tuturnya.

Ia juga bilang, petugas lapangan dan para kader kini diperbolehkan melakukan kunjungan ke rumah untuk sosialisasi dengan koordinasi bersama bidan.

"Petugas lapangan para kader boleh membagikan alat kontrasepsi dengan koordinasi bidan, kita boleh lakukan kunjungan rumah. Sosialisasi perlu ditingkatkan baik ke masyarakat dan bidan biar ngga putus pakai alat kontrasepsi," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×