kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WHO peringatkan fase bahaya pandemi corona, ini kata epidemiolog


Minggu, 21 Juni 2020 / 20:44 WIB
WHO peringatkan fase bahaya pandemi corona, ini kata epidemiolog
ILUSTRASI. A logo is pictured outside a building of the World Health Organization (WHO) during an executive board meeting on update on the coronavirus outbreak, in Geneva, Switzerland, February 6, 2020. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Kompas.com | Editor: Tendi Mahadi

Tanda yang serius 
Menurut epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security CEPH Griffith University, kondisi sekarang ini memang dikatakan berbahaya. "Fase saat ini memang cenderung mengkhawatirkan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/6). 

Pihaknya menjelaskan, seseorang merasakan kejenuhan setelah berbulan-bulan di rumah memang menjadi permasalahan klasik dalam sejarah pandemi. Kondisi tersebut juga seperti yang terjadi pada pandemi di tahun 1918-1920. 

Baca Juga: Ada 230.000 data pasien corona diduga bocor dan dijual, ini kata pakar keamanan siber

Meski begitu, masyarakat seharusnya tetap waspada dan tidak boleh abai terhadap upaya pencegahan. "Ini penyakitnya karena penyakit yang menular dengan mudah ketika orang abai terhadap pencegahan. Dalam sejarah pandemi ada peningkatan kasus, akhirnya banyak yang sakit," ujar Dicky. 

Bahkan, peningkatan kasus Covid-19 secara global pada dua hari terakhir menembus angka 100.000 kasus baru hariannya. "Ini ada tanda yang sangat serius," tuturnya. 

Testing harus terus dilakukan 
Dicky mengungkapkan bahwa penambahan kasus salah satunya dapat terlihat jika setiap negara tetap konsisten melakukan upaya testing, namun hal ini tetap harus dilakukan. Saat testing dilonggarkan karena kesalahpahaman bahwa banyaknya kasus diakibatkan lantaran test yang dilakukan, ini yang harus dibenarkan. 

"Banyaknya kasus bukan akibat langsung daripada adanya banyak testing. Banyaknya kasus itu karena memang adanya kasus Covid-19 masyarakat yang sudah terjadi akibat penularan sebelum-sebelumnya," papar Dicky. 

Baca Juga: Insentif pengembangan vaksin corona bakal dorong riset industri farmasi

Sehingga, lanjut dia, testing merupakan upaya untuk mendeteksi bukan membuat kasus menjadi semakin banyak. Testing juga diperlukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah telah terkendali dan berdampak pada pemulihan kasus. 

Lebih lanjut, peringatan yang disampaikan WHO haruslah disikapi serius oleh seluruh pihak. "Ini peringatan yang berdasarkan pengalaman pandemi sebelumnya, research, dan pertimbangan analisa terkini," ujarnya. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×