kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli


Senin, 15 Maret 2021 / 07:37 WIB
Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli
ILUSTRASI. Viral swab / rapid antigen test sendiri, ini bahaya jika tidak dilakukan oleh ahli./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/02/2021.


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Vidoe penggunaan alat test swab atau rapid test antigen secara sembrono beredar di dunia maya. Masyarakat jangan ikut-ikutkan melakukan test swast atau rapid test antigen sendiri karena bisa membahayakan keselamatan jiwa.

Video itu beredar di media sosial TikTok yang merekam seseorang tengah mencoba menggunakan alat test swab atau rapid test antigen yang dibelinya secara daring. Video yang diunggah pada 18 Februari 2021 ini menyertakan narasi cara penggunaan alat tes dengan air liur dan menyebut harga yang ia beli di toko online, yaitu sebesar Rp 75.000 sampai Rp 85.000.

Hingga Senin (15/3/2021) pukul 7.30 WIB, video ini telah ditonton sebanyak 792.400 kali dan mendapatkan 17.200 like. Namun, belakangan si pemilik akun memberikan klarifikasi agar netizen tidak ikut-ikutan melakukan test swab atau rapid test antigen sendiri.

Menurut DR. dr Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL (K).,Msi Med, tindakan melakukan test swab atau rapid test antigen sendiri sangat berbahaya. Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi apabila tes swab / rapid test antigen tidak dilakukan oleh tenaga profesional.  Berikut bahaya dan dampak negatif tes swab / rapid test antigen sendiri:

Kesalahan hasil pemeriksaan

Dokter yang akrab disapa Dewi itu menjelaskan, swab merupakan tindakan di nasofaring untuk mengambil spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan. Swab nasofaring dilakukan melalui lubang hidung.

Hidung merupakan organ yang memiliki struktur anatomi sempit. Belum lagi di hidung banyak bangunan-bangunan dan pembuluh darah serta mukosa (lapisan kulit dalam) yang tipis.

Menurut Dewi, orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil. "Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan," ujar Dewi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).

Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.

Baca juga: Mengenal skema kerjasama yang memungkinkan Indonesia mendapat vaksin Covid gratis

Sakit dan patah

Selain itu, bisa jadi orang yang hendak diswab memiliki struktur hidung bengkok sehingga rongga hidung lebih sempit. Apabila yang melakukan tes swab / rapid test antigen tidak memahami struktur tersebut dan asal mengambil, maka bisa menyebabkan kesakitan luar biasa.

Risiko tes swab / rapid test antigen selanjutnya adalah patahnya tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Hal ini dikarenakan fungsi hidung ketika terkena benda asing. "Fungsi hidung menimbulkan refleks bersin. Kalau memasukkan tangkainya kena mukosa, bisa bersin, dan risiko putus tangkainya. Ini sering terjadi," kata Dewi.

Apabila tangkai patah di dalam, sementara yang melakukan tes swab / rapid test antigen tidak paham cara mengambilnya, maka risikonya bisa terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis. Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah.

Dewi menekankan, di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah. "Pendarahan yang banyak bisa menimbulkan syok karena panik. Selain itu, pendarahan yang banyak bisa menyumbat jalan napas, yang berakibat fatal," tambahnya.

Dewi mengatakan, epistaksis atau pendarahan yang vanyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT. Kondisi ini perlu ditangani dengan segera. "Jangan sampai risikonya fatal bukan karena swab untuk pemeriksaan Covid-19, tapi karena efek samping epistaksis," ujar dokter yang berpraktik di Departemen THT RS Dr Muwardi Surakarta itu.

Baca juga: Kenali, 6 cara kerja vaksin Sinovac lawan virus corona

Tenaga profesional

Dewi mengingatkan, sebaiknya tes swab / rapid test antigen dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah mengetahui teknik swab dan struktur anatomi hidung dengan baik. Dengan begitu dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. "Lebih aman melakukan swab di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tersebut," kata Dewi.

Selain itu, tenaga profesional yang melakukan tes swab / rapid test antigen sudah dilengkapi APD untuk melindungi dirinya terpapar virus. "Prinsipnya 'kan kalau mau melakukan swab, orang yang di-swab itu positif, meskipun nanti hasilnya negatif. Jadi tenaga profesional sudah memproteksi diri dengan memakai APD lengkap," pungkas Dewi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Coba-coba Swab Antigen Sendiri, Ini Bahayanya",
Penulis : Maria Adeline Tiara Putri
Editor : Lusia Kus Anna

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Sudah divaksin tapi masih terinfeksi Covid-19, ini penjelasan Kemenkes

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×