Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Dr. Shruti Agnihotri, ahli saraf di University of Alabama Birmingham, Inggris, mengatakan kepada ABC 33/40, kabut otak sering dikaitkan dengan sakit kepala parah dan kehilangan ingatan.
“Seringkali pasien ini bahkan telah pulih dari gejala demam dan sesak napas awal dan mereka terus mengalami sakit kepala yang sangat parah dan cenderung sering mengeluh tentang kehilangan ingatan, sering disebut sebagai kabut otak,” katanya.
“Pasien sering kali menggambarkan kesulitan dengan perhatian, fokus, hanya tidak merasa benar, tidak setajam sebelumnya. Kami terkadang melihat gejala ini dalam banyak kondisi lain, selama pasca-gegar otak,” sebut Agnihotri.
Selain kabut otak, aplikasi ZOE COVID Study juga melaporkan kehilangan nafsu makan sebagai gejala baru varian Omicron.
Baca Juga: Omicron Sangat Menular, Ini Pedoman Baru Pemakaian Masker bagi Tenaga Medis dari WHO
Berikut gejala teratas varian Omicron yang dilaporkan aplikasi ZOE COVID Study:
- sakit kepala
- pilek
- kelelahan (baik ringan atau berat)
- bersin
- sakit tenggorokan
- kehilangan bau
- batuk terus-menerus
- kehilangan nafsu makan
- kabut otak
Pejabat tinggi WHO di Eropa Hans Kluge mengatakan, 89% dari mereka yang terinfeksi Omicron yang dikonfirmasi di Eropa melaporkan gejala yang sama dengan varian virus corona lainnya, termasuk batuk, sakit tenggorokan, demam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News