Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Meskipun tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit parah, atau kematian dari virus (Omicron) di antara populasi yang divaksinasi, kita harus tetap berhati-hati, karena jumlah kasus yang lebih besar akan membebani sistem perawatan kesehatan,” ujar Screaton.
Profesor vaksinologi dari Oxford University, Teresa Lambe memaparkan, bahwa baik vaksinasi lengkap ataupun vaksin booster tetap melindungi kita dari keparahan penyakit yang disebabkan varian apa pun.
Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) melaporkan dua dosis vaksin Covid-19 dinilai kurang efektif mencegah gejala (simtomatik) dari infeksi Omicron dibandingkan Delta.
Namun, laporan tersebut mencatat bahwa setelah pemberian dosis booster, vaksin dianggap 70 hingga 75 persen efektif dalam mencegah gejala. Kemudian, sebuah penelitian di Israel menemukan bahwa tiga dosis vaksin Pfizer-BioNTech terbukti memberikan perlindungan yang signifikan terhadap varian Omicron.
Baca Juga: Waspada, Kasus Omicron di Indonesia Bertambah Lagi 27 Orang, Total Kini Ada 46 Kasus
Cara mencegah varian Omicron
Temuan tersebut mengartikan, bahwa vaksinasi bukanlah satu-satunya cara untuk mencegah Covid-19, terutama varian Omicron. Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan virus Omicron sudah menyebar di hampir 100 negara, yang menandakan virus sangat mudah menular.
Selain mendapatkan vaksinasi lengkap untuk mengurangi infeksi dan mencegah Covid-19 termasuk varian Omicron, WHO juga merekomendasikan masyarakat agar tetap melakukan protokol kesehatan.