Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat.
Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. Hal ini tak jarang dapat menyebabkan dehidrasi bagi penderita diare. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibandingkan orang dewasa.
Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak. Lantas, bagaimana cara menangani diare pada anak?
Baca Juga: Tak hanya vaksin corona, orang dewasa juga butuh empat jenis vaksin ini
Cara menangani diare pada anak
Dirangkum dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat anak mengalami diare bisa diberikan Cairan Rehidrasi Oral (CRO) atau yang dikenal dengan nama ORALIT. ORALIT adalah cairan yang dikemas khusus, mengandung air dan elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat diare.
Jika anak tanpa dehidrasi maka bisa ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau mengganti makanan, termasuk susu formula. Dapat diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air besar cair.
Sementara jika anak menderita dehidrasi, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi, mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan pemberian cairan rumatan.
Baca Juga: Catat, inilah kebutuhan cairan per hari pada anak sesuai usianya
Ciri-ciri pada anak yang mengalami dehidrasi ringan-sedang antara lain anak terlihat haus dan buang air kecil mulai berkurang. Mata terlihat agak cekung, kekenyalan kulit menurun, dan bibir kering.
Pada keadaan ini, anak harus diberikan cairan rehidrasi di bawah pengawsan tenaga medis, sehingga anak perlu di bawah ke rumah sakit. CRO diberikan sebanyak 15-20 ml/kgBB/jam. Setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum, ASI diteruskan.
Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai cairan rehidrasi karena juga mengandung kadar Na yang rendah. Makanan tidak perlu dibatasi karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi CRO cukup dilaksanakan pada ruang observasi di UGD atau Ruang Rawat Sehari.
Muntah bukan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus diberikan secara perlahan-lahan dan konstan untuk mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin direevaluasi
Sementara pada anak yang menderita dehidrasi berat muncul gejala napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, kesadaran menurun, denyut nadi cepat, dan kekenayalan kulit sangat menurun. Anak harus dibawa segera ke Rumah Sakit untuk mendapat cairan rehidrasi melalui infus.
Selanjutnya: Mengenal thalasemia pada anak, gejala dan pengobatannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News